Hidayah, kadang dia suka jadi kambing hitam. Belum bertobat, belum dapat hidayah katanya. Padahal ibarat lembaran bertuliskan alamat tujuan, selamanya tidak akan menyampaikan kita padanya jika kaki kita tak juga dilangkahkan menuju kesana. Imam Al Hasan Al Basri mengatakan, “Wahai anak Adam, meninggalkan maksiat lebih mudah daripada memohon taubat.” Orang awam bilang mencegah lebih baik daripada mengobati. Tapi nasehat terkadang tinggallah nasehat. Taubat sambal katanya, sudah tau pedas tapi masih juga dilahap. Begitulah manusia, kadang rasionya tidak sejalan dengan emosinya. Kita mungkin kadang bertanya, mengapa emosi dan rasio kita tidak sejalan? Kita tahu berbohong itu dosa, tapi kita melakukannya, kita tahu kalau riba itu haram, tapi kita memakannya, kita tahu kalau pacaran itu dilarang, tapi kita mendekatinya. Neuroscientist mengatakan, di dalam otak kita ada pusat kendali emosi manusia, yaitu amygdala. Dalam keadaan terancam, amygdala akan mengambil alih mekanisme berpikir ...
Habis nonton Hanzawa Naoki entah tahun kapan, yang epik banget (kata saya sih :D) terus jadi ketagihan nonton film-film garapan Jun Ikeido. Terakhir, Jun release film terbarunya, Rikuou. Di episode pertama film ini, Daichi dan ayahnya yang adalah generasi ke-4 penerus usaha sepatu tradisional Jepang, “tabi” pergi menonton pertandingan marathon. Mogi, sang atlet marathon sebelumnya adalah pemain baseball yang karena cedera sikut harus mengubur mimpinya. Tapi walaupun sikut Mogi cedera, ia masih mampu berlari dan dimulailah karirnya sebagai atlet marathon. Sayangnya menjelang garis finish, Mogi mengalami cedera pada salah satu kakinya. Pada akhirnya, Mogi harus keluar dari pertandingan tanpa melewati garis finish. Daichi yang awalnya begitu antusias, akhirnya bilang, “(di dunia ini) ada hal yang tidak bisa kamu raih, sekeras apapun kamu berusaha” . Duh Jun Ikeido juara banget emang mainin emosi penonton dah T.T yang nonton kan jadinya ikut kebawa emosi hahahaha. Apalagi seb...