Langsung ke konten utama

Saat Amygdala dan Pre Frontal Cortex Berseteru tentang Iman


Hidayah, kadang dia suka jadi kambing hitam. Belum bertobat, belum dapat hidayah katanya. Padahal ibarat lembaran bertuliskan alamat tujuan, selamanya tidak akan menyampaikan kita padanya jika kaki kita tak juga dilangkahkan menuju kesana. Imam Al Hasan Al Basri mengatakan, “Wahai anak Adam, meninggalkan maksiat lebih mudah daripada memohon taubat.” Orang awam bilang mencegah lebih baik daripada mengobati. Tapi nasehat terkadang tinggallah nasehat. Taubat sambal katanya, sudah tau pedas tapi masih juga dilahap. Begitulah manusia, kadang rasionya tidak sejalan dengan emosinya.

Kita mungkin kadang bertanya, mengapa emosi dan rasio kita tidak sejalan? Kita tahu berbohong itu dosa, tapi kita melakukannya, kita tahu kalau riba itu haram, tapi kita memakannya, kita tahu kalau pacaran itu dilarang, tapi kita mendekatinya. Neuroscientist mengatakan, di dalam otak kita ada pusat kendali emosi manusia, yaitu amygdala. Dalam keadaan terancam, amygdala akan mengambil alih mekanisme berpikir rasional kita dalam waktu yang sangat cepat, atau istilah kerennya adalah amygdala hijack. Tapi apa kita tidak bisa mengendalikannya? Tentu saja bisa!

Amygdala ibarat bank memori emosi otak, di dalamnya ada memori tentang kejayaan, kegagalan, harapan, ketakutan. Ia adalah tempat penyimpanan arsip pengalaman masa lalu. Semua pengalaman emosi yang kita lalui akan membentuk sirkuit kecerdasan emosi kita. Sama seperti otot yang semakin terbentuk dengan melakukan latihan fisik, begitupun dengan sirkuit emosi kita. Jadi, kita bisa mengendalikan emosi kita? Secara teori jawabannya adalah iya, secara praktis pun jawabannya sama. Di wilayah prefrontral otak, neuron-neuron inhibitor (penghambat) dapat memveto pesan-pesan impulsif dari amygdala. Oleh karena itu, salah satu cara untuk keluar dari amygdala hijacking adalah berhenti sejenak berikan waktu bagi frontal neo cortex a.k.a pikiran rasional kita sebelum kita melakukan apapun.

Hidayah atau petunjuk adalah ilmu. Ia adalah supplier rasio kita, sedangkan nafsu terkait dengan emosi kita. Oleh karena itu, Nabi shalallahu alaihi wassallam berpesan,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian sampai ia menundukkan hawa nafsunya untuk tunduk pada ajaran yang aku bawa.”
Begitupun dengan firman Allah Ta’ala,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa: 65)

Iman itu terlepas ketika kita melakukan maksiat. Rasulullah shalallahu alaihi wassallam mengatakan, "Seorang hamba itu tidak dikatakan beriman ketika ia berzina, tidak dikatakan beriman ketika mencuri dan tidak dikatakan beriman ketika ia membunuh."

Ketika kita melakukan maksiat, pada dasarnya saat itu hawa nafsu telah menang dan menguasai diri kita, sedangkan iman telah kalah dan hilang. Mudah menuliskannya memang, tapi merealisasikannya adalah perjuangan seumur hidup. Dan Allah tahu ciptaanNya ini seringkali lupa, sama seperti nama yang melekat padanya, al insan, yang asal katanya adalah nasiya yang artinya adalah lupa. Oleh karena itu, Allah mengajarkan kita doa yang luar biasa

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami menyimpang kepada kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (Karunia).”
Saat kita mulai menjauh dari petunjukNya dan hati kita cenderung pada kesesatan, Allah senantiasa menarik kita kembali menuju rahmatNya. Maka, jika hati ini mulai mengarah kembali pada penyimpangan, panjatkanlah kembali doa ini, doa yang sangat hebat untuk memohon keteguhan hati. Di akhir buku ini, tak lupa kupanjatkan doa, semoga Allah menguatkan hijrahku, hijrahmu, dan hijrah kita 😊 Aamiin yaa Rabb al alamiin.

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

"Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS. Al-Imran [3]: 159)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Ganti dalam Bahasa Arab [Kata Ganti untuk Allah]

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kalau dalam Bahasa Indonesia kita mengenal kata ganti yang bebas dari orientasi gender, seperti saya, kamu, dia, mereka, dst. Dalam Bahasa Inggris kita belajar kata ganti he untuk laki-laki, she untuk perempuan, dan it yang netral gender. Nah, dalam Bahasa Arab ada dua gender, yaitu mudzakkar (yang menunjukkan laki-laki) dan muannats (yang menunjukkan perempuan). Kalau dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris dikenal kata ganti tunggal dan jamak, dalam Bahasa Arab dikenal kata ganti tunggal (mufrod), ganda (mutsanna), dan jamak. Jadi, jika dikumpulkan ada 12 kata ganti dalam Bahasa arab, yaitu: 1. هُوَ (Dia [laki-laki]): untuk orang ketiga (yang dibicarakan), tunggal (mufrad), mudzakkar. 2. هُمَا (Mereka berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang ketiga, ganda (mutsanna), baik mudzakkar maupun muannats. 3. هُمْ (Mereka [banyak laki-laki]): untuk orang ketiga, jamak, mudzakkar. 4. هِيَ (Dia [perempuan]): untuk orang ketiga, mufrad, muannats. 5. هُ...

Kata Benda dan Kata Kerja dalam Bahasa Arab

Dalam Bahasa Arab seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam bentuk kata kerja/verb (fi'il/فعل) atau kata benda/noun (isim/اسم). Dalam bahasa arab, dikenal 2 bentuk tenses: 1. fi'il madhi, kata kerja dalam bentuk lampau, past tenses, Yang menggambarkan sesuatu yang sudah terjadi, dan 2. Fi'il mudhori, Present-future tense, menggambarkan sesuatu yang belum selesai, menggambarkan kondisi sekarang dan yang akan datang. Sebagai contoh, ketika dikatakan اضرب (adribu) berarti I am hitting, ini adalah contoh fi'il mudhari يضرب + kata ganti untuk انا (saya) yang bermakna saya sekarang sedang memukul dan masih memukul (bentuk present-future tense). Ketika sudah selesai maka berubah menjadi ضربت (dhorobtu) yg merupakan bentuk fi'il madhi ضرب + kata ganti انا yg artinya saya memukul dan kejadiannya sudah berlalu (bentuk past tense). Seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam kata kerja atau kata benda. Bentuk Kata benda (ism faa'il) mengindikasikan bahwa subje...

Teori Machiavelli

"Harus diingat bahwa manusia harus dicintai atau dihancurkan; mereka akan menuntut balas akan luka ringan mereka, namun mereka tidak akan dapat melakukan hal serupa apabila mereka terluka parah. Oleh karena itu, luka yang kita sebabkan haruslah sebesar-besarnya sehingga kita tidak harus takut akan balasan mereka." " Membunuh sahabat seperjuangan, mengkhianati teman-teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan dan tidak memiliki agama; kesemua hal ini tidak dapat digolongkan tindakan yang bermoral, namun metode-metode ini dapat memberikan kekuatan, namun bukan kemuliaan" "Manusia tidak segan2 (lebih) membela orang yang mereka takuti dibanding yang mereka cintai. Karena cinta diikat oleh rantai kewajiban.. pada saat manusia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, rantai tersebut akan putus. (sebaliknya) rasa takut tidak akan pernah gagal..." "orang-orang besar tidak mencapai kebesaran mereka karena keuntungan, ...