Langsung ke konten utama

Overwhelmed Sadness


Seperti biasa kalau boncengan ama sohibah yang satu ini suka jadi ngobrol ngalor ngidul saingan ama hembusan suara angin #halah

Berhubung umur kita berdua udah ngelewatin umur nabi waktu nikah sama Siti Khadijah (kenapa nyambung kesana? Wkwkwk) terus kita punya background akademik yang sama jadilah kita terjebak nostalgia #eeeaa :p

Tema besar obrolan kita sih tentang berdamai ama masa lalu (serius amats kan ngobrolnya? Wkwkwkwk). Manusia itu unik memang, pengalaman hidup yang ia lewati sedikit banyak mempengaruhi apa yang dia pilih hari ini. Saya mau cerita satu contoh aja misalnya, ada seorang anak laki-laki yang nggak suka sama ibunya karena dia pikir waktu kecil ibunya nelantarin dia dengan naro dia di panti asuhan. Padahal realitanya adalah ibunya bekerja dan anak laki-lakinya ini dititipkan ke daycare supaya bisa tumbuh dengan baik (ini nggak lagi debat tentang stay at home mom vs working mom ya,, tiap keluarga kan punya different circumstances). Bodohnya anak ini nganggep sama daycare ama panti asuhan. Emang dia g tau kalau daycare itu bayarnya mahal?! Kalau ibunya nelantarin dia ga akan lah dia ditaro di daycare biarin aja telantar dikunci di dalam rumah -_-

Tapi dari sekian banyak saya berinteraksi ama manusia (berasa alien yg lagi bikin penelitian,, hahahaha), dan mencoba memahami emosi mereka, ada orang-orang yang mudah untuk move on dari masalah yang mereka hadapi, ada juga yang meratap cukup lama lalu bisa move on, disamping ada juga yang gagal move on dan akhirnya terus menyalahkan masa lalu dan pihak lain atas kegagalannya. Nah, yang terakhir ini adalah yang paling males saya temuin. Tipikal manusia yang seperti ini mau dinasehatin gimana juga selalu liat semua hal dari sisi negatifnya. Padahal kan Allah juga bilang ya kalau Allah ga akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka. Kalau udah gitu saya lebih sering untuk put my hands up dah, sa’karepmu wes,, menolong itu kan kata kerja dan kita ga bisa nolong orang yang ga mau ditolong.

Jadi keingetan, ceramahnya ustadz Nouman tentang Quran Remedies for Sadness. Beliau mengingatkan kita tentang penciptaan manusia yang sempurna, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍۢ

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. [Surat At-Tin (95) ayat 4]

Taqwiim berasal dari kata qama yang berarti tegak, taqwiim berarti menjaga sesuatu agar tetap berdiri, untuk membangun suatu struktur yang tidak akan runtuh. Jadi, beliau mengingatkan kita bahwa tidak seperti psikolog barat yang menyatakan kalau manusia itu cacat, sesungguhnya Allah menciptakan kita dengan sebaik-baik penciptaan. Di surat arrahman Allah menyebutkan,

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۢ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. [Surat Ar-Rahman (55) ayat 26]

Segala sesuatu akan hancur. Faan bermakna bahwa sesuatu itu mengarah kepada kematian, ia punya timer nya sendiri. Ketika manusia memiliki masalah, ia pada dasarnya telah dirancang untuk melewatinya. Semua masalah yang kita hadapi adalah ujian, dan ia bukan kecacatan, baik itu berupa masalah emosional, atau masalah yang berkaitan dengan fisik. Kaki kita bisa terluka, organ tubuh kita secara fisik bisa terluka, begitupun dengan emosi kita, ia tidak keluar dari pengecualian. Bukankah kita juga mengenal suatu ungkapan, “lidah itu lebih tajam dari pedang”. Kata-kata punya daya menghancurkan perasaan seseorang.

Dalam kaitannya dengan kesedihan, alQuran menyebutkan beberapa ungkapan

1.     Gham,
Ghamam berati awan yang menutupi cahaya matahari, ungkapan ini berkaitan dengan kesedihan, ia merujuk pada ketidaktenangan seseorang. Kita tau kan kalau awan hitam biasanya diiringi dengan datangnya kilat, ibarat kesedihan yang menyebabkan kita tidak tenang, hidup begitu berkabut, hal buruk belum terjadi tapi kita sudah bisa menduga kalau ia akan datang. Gham adalah kondisi ketika kita menduga kejadian yang menimpa kita akan memburuk.

2.     Huzn,
Kata huzn ini yang biasa digunakan dalam alquran ketika menggambarkan kesedihan. Ketika kita susah banget buat happy dan ada aja yang bikin khawatir ujung-ujungnya nggak bisa tidur. Huzn muncul karena suatu sebab. Sedih itu bagian dari hidup. Orang beriman juga bisa sedih. Para nabi dan orang-orang shalih yang mengikut jejaknya juga mengalami kesedihan yang sangat. Qur’an adalah bagian dari kehidupan, quran menunjukkan kita realita kehidupan, quran tidak mengeliminasi kesedihan, tapi quran menunjukkan bahwa kesedihan adalah bagian ujian kehidupan, sebagaimana kebahagiaan atau kemarahan. Kesedihan, kemarahan adalah emosi sebagaimana anggota tubuh kita, hanya saja ia tidak nampak, nggak seperti organ fisik kita. Emosi gbs kita hilangkan tapi kita punya kuasa untuk mengarahkan dan mengendalikannya

3.     Bats,
adalah kesedihan yang mendalam yang mempengaruhi apapun yang dilakukan oleh seseorang dan ia tidak mampu untuk menjelaskan kenapa,, atau yg biasa orang sebut dengan depresi berkepanjangan, deeply penetrated, always there. Bats itu seperti alergi, selalu ada disana, sangking beratnya bahkan kalaupun seseorang tersenyum, nggak lama dia bakal murung lagi. Kata bats disebutkan dalam alQuran ketika nabi Yaqub berdoa kepada Allah

قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya". [Surat Yusuf (12) ayat 86]

Depresi adalah masalah besar yang menimpa masyarakat dan orang beriman juga tidak keluar dari pengecualian. Di ayat di atas digambarkan bagaimana kita boleh mengadukan permasalahan kita pada Allah, kita mengadukan permasalahan kita pada orang yang dekat dengan kita bukan pada sembarang orang. Dan kita pun perlu memperhatikan adab kita kepada Allah ketika mengadukan permasalahan kita, seperti kita mengadu pada ibu kita saat kita sakit, kita tidak bilang kalau ibu kita yang telah membuat kita jadi sakit. Dalam keadaan depresi, saat tidak ada yang mampu memahami permasalahan kita, sesungguhnya Allah sangat mengerti diri kita, sangat memahami kita.

4.     Wayl
digunakan untuk mengungkapkan suatu waktu dimana seseorang merasa seperti dikutuk, seseorang merasa apapun yang ia lakukan tidak pernah ada yang benar, apapun yang dilakukan tidak pernah bisa memperbaiki keadaan. Seseorang ketika mengutuk orang lain, dalam Bahasa Arab, ia menyebutkan ‘waylak’, wayl juga digunakan untuk menggambarkan tempat di neraka, ‘wayl’ berarti merasa hopeless dan merasa dikutuk.

5.     Asaf,
berarti kesedihan yang menyebabkan emosi negatif, umumnya adalah kemarahan. Misalnya, sedih karena gagal ujian lalu marah pada orang lain. Ingat kisah nabi Musa setelah berbicara pada Allah lalu kembali pada kaumnya sedangkan mereka kembali menyembah sapi, lalu nabi Musa menjadi marah kepada saudaranya, Harun, dalam hal ini kata asaf digunakan.

وَلَمَّا رَجَعَ مُوسَىٰٓ إِلَىٰ قَوْمِهِۦ غَضْبَـٰنَ أَسِفًۭا قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُونِى مِنۢ بَعْدِىٓ ۖ أَعَجِلْتُمْ أَمْرَ رَبِّكُمْ ۖ وَأَلْقَى ٱلْأَلْوَاحَ وَأَخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُۥٓ إِلَيْهِ ۚ قَالَ ٱبْنَ أُمَّ إِنَّ ٱلْقَوْمَ ٱسْتَضْعَفُونِى وَكَادُوا۟ يَقْتُلُونَنِى فَلَا تُشْمِتْ بِىَ ٱلْأَعْدَآءَ وَلَا تَجْعَلْنِى مَعَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ

Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim" [Surat Al-A'raf (7) ayat 150]

6.     Asa,
menyesal/depresi atas kesempatan yang berlalu, tidak mampu melepas masa lalu, “andai dulu saya mengerjakan ….”, “andai dulu saya tidak mengerjakan …” Seseorang melakukan hal yang buruk di masa lalu dan memberikan efek negative pada apapun apapun yang dilakukan di masa depan. Hasilnya? Penderitanya akan membuat dirinya sendiri dan orang disekitarnya menderita karena gbs move on dari apa yang terjadi di masa lalu.

Salah satu deskripsi orang beriman adalah memiliki qalbun salim, artinya hati yang sehat berarti hati yang tidak memiliki depresi atau semisalnya. Artinya Islam ngasi obatnya kan?

Kalau kita perhatiin kenapa kita sedih, alQuran juga ngasi contohnya, seperti misalnya kisah nabi Ibrahim alaihi salam ketika diusir oleh ayahnya sendiri, beliau sedih? Tentu saja,, atau kisah nabi Yusuf alaihi salam, pernah membayangkan bagaimana rasanya dicoba dibunuh oleh kakak sendiri? Begitu pun dengan nabi Yaqub alaihi salam, coba bayangkan ketika seorang ayah kehilangan darah dagingnya sendiri dan tidak tahu dia ada dimana, bagaimana keadaannya,, bukankah itu menyakitkan? Kecintaan kita pada sesuatu akan jadi sebab kesedihan kita. Dan kesedihan yang terbesar bisa jadi datang dari orang yang terdekat dengan kita, seperti keluarga kita, mereka yang punya akses terdekat dengan hati kita, orang tua kita, anak, istri, suami, paman, bibi, dll. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam pun mengalaminya.

Lalu kenapa kita harus melewati ujian berupa kesedihan? Jika kita mengambil pelajaran dari apa yang terjadi pada saat perang Uhud, pada saat itu umat Islam mengalami ujian berturut-turut. Mereka saat itu tidak disiplin, Rasul diisukan meninggal dunia sehingga menurunkan semangat jihad umat Islam, mereka kehilangan tokoh-tokoh Islam penting, Allah timpakan ujian demi ujian, gham atas gham

إِذْ تُصْعِدُونَ وَلَا تَلْوُۥنَ عَلَىٰٓ أَحَدٍۢ وَٱلرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِىٓ أُخْرَىٰكُمْ فَأَثَـٰبَكُمْ غَمًّۢا بِغَمٍّۢ لِّكَيْلَا تَحْزَنُوا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَآ أَصَـٰبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. [Surat Ali-Imran (3) ayat 153]

Kalimat yang unik yang Allah gunakan, Allah timpakan atas kita kesedihan demi kesedihan, agar apa? Agar kita tidak lagi sedih,, ma sya Allah 😊 ketika seseorang punya masalah, dia akan bilang “saya punya masalah”, ketika dia punya dua masalah, dia bilang, “saya punya masalah”, tapi kalau dia punya begitu banyak masalah, bahkan dia sudah g sempat lagi untuk memikirkannya :D

Tiap kali kita punya masalah dan kita mencari solusinya di dalam alQuran, maka yang ada adalah doa. Ketika nabi Adam alaihi salam keluar dari surga, beliau pun bersedih, lalu Allah katakan dalam alQuran,

فَتَلَقَّىٰٓ ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَـٰتٍۢ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [Surat Al-Baqarah (2) ayat 37]

Nabi adam menerima pemberian dari Allah, apa itu? Sesuatu yang terus diwariskan kepada keturunan-keturunan beliau,

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. [Surat Al-A'raf (7) ayat 23]

saat nabi Adam bersedih Allah berikan kepada beliau doa. Doa itu istimewa! coba perhatiin awal alQuran apa? alfatihah isinya doa! penutupnya? AnNaas juga isinya doa! jadi jangan sepelekan kekuatan doa!

Kesedihan sendiri bisa meliputi tiga hal

1.       Kesedihan yang disebabkan oleh diri kita sendiri

Belajarlah dari doa nabi Musa alaihi salam

فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍۢ فَقِيرٌۭ

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". [Surat Al-Qashash (28) ayat 24]

Karena suatu kesalahan, nabi Musa secara tidak sengaja membunuh seorang lelaki yang menyebabkan beliau alaihi salam harus mencari suaka ke negeri madyan. Doa ini mengajarkan kita tentang kata kunci agar kita bisa move on dari masalah kita. Kita pasrah pada Allah,, rabbi inni faqiirun,, ya Rabb, aku ini faqir, tidak punya kemampuan apapun,, apapun kebaikan yang engkau beri untukku maka aku akan mengambilnya, kebaikan berupa kesempatan baik dalam hidup, atau kesempatan untuk berbuat baik dalam hidup. Ingat kisah beliau? Ketika datang dua orang perempuan yang kesulitan, beliau segera menolongnya. Jika kita melakukan kesalahan, maka satu-satunya cara untuk move on adalah melakukan kebaikan apapun yang kita bisa dalam hubungan dengan sesama manusia, entah itu sedekah, ikut kegiatan amal, mengajar, menyambung silaturahmi, atau apapun yg kita mampu lakukan. Kalau kita memperhatikan kisah ini, betapa besar kuasa Allah. Pernah membayangkan apa yg akan terjadi pada “Seorang buronan”? tapi atas izin Allah, Allah cukupkan semua kebutuhan hambaNya,, tempat tinggal, pekerjaan, bahkan pasangan hidup XD ma sya Allah 😊 berbuat baiklah maka Allah yang akan menghilangkan semua kekhawatiran kita dan mencukupi semua kebutuhan kita.

2.      Kesedihan yang disebabkan oleh orang lain

Orang-orang di sekitar kita sangat mungkin menjadi sumber kesedihan, sebagaimana yang dialami nabi Musa alaihi salam. Bani Israil selalu membangkang terhadap perintahnya, padahal kita tahu mereka telah diselamatkan dari kejamnya Firaun atas izin Allah. Ketika kaumnya diperintahkan berperang, mereka malah menjawab dengan “pergilah engkau berperang bersama Tuhanmu, dan kami duduk-duduk disini” jawaban yang sungguh sangat kurang ajar! Nabi Musa pun memanjatkan doa

قَالَ رَبِّ إِنِّى لَآ أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِى وَأَخِى ۖ فَٱفْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ ٱلْقَوْمِ ٱلْفَـٰسِقِينَ

Berkata Musa: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu". [Surat Al-Ma'idah (5) ayat 25]

Belajar dari sana, kita diperbolehkan untuk berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari orang-orang yang melukai hati kita. Mungkin bisa jadi bos atau rekan di tempat kerja, atau teman sepermainan, atau tetangga mungkin, orang di sekeliling kita yang hanya menyebabkan kesedihan maka kita boleh meminta kepada Allah agar dijauhkan dari mereka. Bisa jadi kita minta kepada Allah agar mendapat pekerjaan yang baru atau pindah ke rumah yang baru, kita bisa saja meminta itu, tapi sepengalaman saya berinteraksi sama manusia (alien peneliti beraksi lagi :p) perubahan tidak akan terjadi kalau kesalahan bukan ada pada mereka tapi justru bersumber dari kita, seperti misalnya ketidakmampuan kita untuk membangun interpersonal relationship yang baik, kalau berkata menyakitkan, memberikan perangai yang tidak baik, tidak mau bekerja sama, alih-alih orang lain yang menyakiti kita, justru kita lah yang malah menyakiti mereka -_-

Kalau dengan orang asing kita boleh meminta kepada Allah agar dijauhkan, tapi hal ini tidak berlaku dengan keluarga kita. Kita tidak bisa melarikan diri dari keluarga, seburuk apapun hubungannya, bukankah Allah menjanjikan surga untuk mereka yang menyambungkan silaturahmi dengan keluarga? Allah tahu kalau itu berat sehingga Allah menjanjikan surga bagi para pelakunya. Para nabi diperintahkan oleh Allah untuk tetap bersama keluarga mereka sampai Allah yang memerintahkan mereka untuk pergi. Maka Allah mengajarkan kita doa untuk memperbaiki hubungan kita dengan keluarga kita

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍۢ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [Surat Al-Furqan (25) ayat 74]

Qurra berarti sesuatu yang menetap, kita tidak bisa melepaskan pandangan kita, kita begitu mencintainya sehingga kita tidak mampu untuk berpaling darinya. Qurrata a’yun adalah pandangan yang sangking membuat kita bahagia hingga tidak bisa menahan keluarnya air mata dari kedua mata kita, air mata kebahagiaan bukan air mata karena penderitaan. Maka jika kesedihan itu berhubungan dengan keluarga kita, mintalah kepada Allah agar Allah membantu kita untuk memperbaikinya.

3.      Kesedihan yang ada diluar kendali kita, ia datang karena keadaan yang tidak bisa kita tolak

Dalam perjalanan hidup kita tentu ada saja hal-hal yang ada diluar kendali kita, entah ada penyakit yang menimpa atau terjadi kecelakaan yang menghilangkan nyawa, menimbulkan kecacatan, kerugian materil, atau tertimpa bencana alam yang menghilangkan kekayaan yang dikumpulkan dengan seketika, atau hal lainnya. Apa yang bisa kita lakukan? Tentu saja yakin bahwasanya Allah tidak akan menguji kita kecuali pada batas yang sanggup untuk kita pikul. Tapi, kalau kita tidak mampu untuk menjaga hubungan kita dengan Allah, kita akan berasumsi negatif pada Allah. Jangankan Allah, kalau kita jauh sama seseorang saja, lama tidak berhubungan dengannya, kita akan mulai membangun asumsi terhadap orang tersebeut, padahal bisa jadi realitanya tidak seperti yg kita asumsikan. Makanya mendekatlah pada Allah agar kita senantiasa dimampukan untuk melewati semua ujian.

Karena kesedihan adalah sesuatu yang ga keliatan secara fisik dan lebih banyak berurusan dengan mindset kita, bagaimana pandangan kita ketika masalah menghadapi kita, maka perhatikanlah bagaimana alQuran mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi kita. Kalau kita perhatikan cara Allah menyebutkan sifat-sifatnya dalam alQuran, biasanya Allah tidak menyebutkan hanya satu namaNya saja, sebut saja misalnya ghafurur rahiim, azizul hakim, malikul qudus, dll. Tapi di surat arRahman, Allah hanya menyebut satu namanya, ArRahman, membuat kita memperhatikan keistimewaannya. ArRahman memiliki akar kata yang sama dengan rahm, yang artinya adalah rahim. Sama seperti seorang bayi yang ada di dalam rahim ibunya, sang bayi tidak pernah merasa khawatir akan apapun. Ibunya lah yang menjamin semua kebutuhan sang janin, nutrisi, keamanan, kenyamanan,, saat bayi berada dalam perut ibunya, ibunya memberikan semua kasih sayang yang bisa diberikan, kita dirawat dan dicintai. Dan kita tahu saat bayi dilahirkan, ibunya bertaruh dengan nyawanya. Adakah seseorang yang begitu mencintai seseorang yang mengancam nyawanya? Maka ketika kita mengaitkan kasih sayang yang begitu tulus dari seorang ibu ketika mengaitkannya dengan kata rahm, apalagi sifat Rahman Allah?! Apa yang dilakukan oleh seorang ibu dalam menyayangi, mencintai, menjaga janin di dalam rahimnya bahkan tidak bisa dibandingkan dengan apa yang Allah berikan selama ini untuk kita! Allah itu mengikuti prasangka hambaNya jika kita berpikir bahwa Allah tidak adil pada kita, maka itu yang Allah beri untuk kita,, jika kita memikirkan kasih sayang Allah, ampunan Allah, rahmat Allah maka itu pula yang Allah berikan untuk kita. Maka hal pertama yang akan menghindarkan kita dari kesedihan adalah menyadari sifat-sifat Allah, namanya, ArRahman adalah salah satunya.

Kedua, kita kembali bisa belajar dari kisah nabi Musa alaihi salam. Ketika bani Israil terlepas dari kekejaman Firaun, sedangkan mereka masih tidak bisa keluar dari trauma masa lalu mereka, Nabi Musa mengatakan sesuatu yang diabadikan dalam alQuran

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". [Surat Ibrahim (14) ayat 7]

Mungkin kita berpikir bahwa Nabi Musa akan memerintahkan untuk bersabar, tapi ternyata tidak! Dibandingkan memerintahkan bersabar, nabi Musa justru mengajak kaumnya untuk mengubah mindset! Sabar adalah tujuan! Dan untuk mendapatkannya kita harus melakukan sesuatu yang akan mengantarkan kita pada kesabaran itu sendiri. Sabar itu harus diupayakan, lalu bagaimana caranya? Dari kisah ini kita belajar, fokus pada hal yang baik dibandingkan kejadian buruk yang menimpa seseorang akan mengubah mindsetnya. Bersyukur akan mengantarkan seseorang pada kesabaran, tanpa syukur, sabar tidak akan ada.

Hal yang menarik lagi dari ayat ini adalah, ketika kita bersyukur, Allah mengatakan la aziidanakum, Allah bilang akan menambahkan (tapi apa?). Kita sering kan berdoa, Rabbi zidni ilman, ya Allah tambahkan bagiku ilmu, tapi di ayat ini Allah menjanjikan untuk menambahkan tanpa menyebutkan apa yang ditambahkan, kenapa? Karena setiap orang punya kebutuhan yang berbeda, maka apa yang Allah tambahkan adalah apapun yang kita butuhkan. Lalu bagaimana jika kita tidak bersyukur? Allah bilang inna adzabii lasyadiid, sesungguhnya azab Allah sangatlah pedih, tapi yang menarik lagi, Allah menghilangkan huruf fa disana, artinya apa? Inna adzabi ,, seolah menjadi kalimat yang baru,, Adzab yang pedih bukan konsekuensi dari kekufuran kita atas nikmat yang Allah beri, andai Allah menaruh huruf fa disana, sungguh Allah akan menimpakan adzab kepada kita. ma syaa Allah kita kembali mengingat betapa Allah arRahman 😊

Ketiga, kita belajar dari kisah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam. Rasulullah mengalami pengalaman yang sangat traumatik ketika menjalankan misi yang Allah berikan. Allah menurunkan surat al-Kautsar

إِنَّآ أَعْطَيْنَـٰكَ ٱلْكَوْثَرَ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. [Surat Al-Kautsar (108) ayat 1]

Di surat ini bahkan Allah tidak menyebutkan apa yang telah hilang dari nabi, trauma yang beliau alami. Allah mengajarkan kita untuk mengubah pandangan kita untuk memikirkan apa yang telah Allah beri dibandingkan apa yang telah menyebabkan kesedihan kita. Di tengah-tengah kesulitan yang beliau hadapi, Allah telah memberikan balasan yang begitu besar, lalu apalagi yang beliau perlukan? Bahkan alQuran sendiri adalah obat dari kesedihan. Maka setelah mengingat besarnya kebaikan yang Allah beri bagi kita, maka Allah mengajarkan kita bagaimana menunjukkan rasa syukur kita

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. [Surat Al-Kautsar (108) ayat 2]

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. [Surat Al-Kautsar (108) ayat 3]

Dan jika sudah begitu bahkan kita tidak perlu takut pada apapun

Semua musuh, semua kepedihan, semuanya Allah yang akan urus! Maka, ingatlah banyaknya kebaikan yang telah Allah beri bagi kita, bersyukur, dan husnudzan, berprasangka baik pada Allah. Ketika hubungan kita dengan Allah semakin baik, hubungan kita dengan alQuran semakin baik, kesedihan masih akan menimpa kita tapi Allah yang akan mengurus semuanya untuk kita. Kalau tidak? Mungkin kamu perlu injeksi morfin #eh :p g gitu deng,, mungkin kamu perlu perbaiki lagi hubungan dengan Allah dan apa yang telah Allah turunkan bagi kita, kalam terbaik yang pernah ada di muka bumi 😊 have a try ya and be happy 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Ganti dalam Bahasa Arab [Kata Ganti untuk Allah]

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kalau dalam Bahasa Indonesia kita mengenal kata ganti yang bebas dari orientasi gender, seperti saya, kamu, dia, mereka, dst. Dalam Bahasa Inggris kita belajar kata ganti he untuk laki-laki, she untuk perempuan, dan it yang netral gender. Nah, dalam Bahasa Arab ada dua gender, yaitu mudzakkar (yang menunjukkan laki-laki) dan muannats (yang menunjukkan perempuan). Kalau dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris dikenal kata ganti tunggal dan jamak, dalam Bahasa Arab dikenal kata ganti tunggal (mufrod), ganda (mutsanna), dan jamak. Jadi, jika dikumpulkan ada 12 kata ganti dalam Bahasa arab, yaitu: 1. هُوَ (Dia [laki-laki]): untuk orang ketiga (yang dibicarakan), tunggal (mufrad), mudzakkar. 2. هُمَا (Mereka berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang ketiga, ganda (mutsanna), baik mudzakkar maupun muannats. 3. هُمْ (Mereka [banyak laki-laki]): untuk orang ketiga, jamak, mudzakkar. 4. هِيَ (Dia [perempuan]): untuk orang ketiga, mufrad, muannats. 5. هُ...

Kata Benda dan Kata Kerja dalam Bahasa Arab

Dalam Bahasa Arab seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam bentuk kata kerja/verb (fi'il/فعل) atau kata benda/noun (isim/اسم). Dalam bahasa arab, dikenal 2 bentuk tenses: 1. fi'il madhi, kata kerja dalam bentuk lampau, past tenses, Yang menggambarkan sesuatu yang sudah terjadi, dan 2. Fi'il mudhori, Present-future tense, menggambarkan sesuatu yang belum selesai, menggambarkan kondisi sekarang dan yang akan datang. Sebagai contoh, ketika dikatakan اضرب (adribu) berarti I am hitting, ini adalah contoh fi'il mudhari يضرب + kata ganti untuk انا (saya) yang bermakna saya sekarang sedang memukul dan masih memukul (bentuk present-future tense). Ketika sudah selesai maka berubah menjadi ضربت (dhorobtu) yg merupakan bentuk fi'il madhi ضرب + kata ganti انا yg artinya saya memukul dan kejadiannya sudah berlalu (bentuk past tense). Seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam kata kerja atau kata benda. Bentuk Kata benda (ism faa'il) mengindikasikan bahwa subje...

Teori Machiavelli

"Harus diingat bahwa manusia harus dicintai atau dihancurkan; mereka akan menuntut balas akan luka ringan mereka, namun mereka tidak akan dapat melakukan hal serupa apabila mereka terluka parah. Oleh karena itu, luka yang kita sebabkan haruslah sebesar-besarnya sehingga kita tidak harus takut akan balasan mereka." " Membunuh sahabat seperjuangan, mengkhianati teman-teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan dan tidak memiliki agama; kesemua hal ini tidak dapat digolongkan tindakan yang bermoral, namun metode-metode ini dapat memberikan kekuatan, namun bukan kemuliaan" "Manusia tidak segan2 (lebih) membela orang yang mereka takuti dibanding yang mereka cintai. Karena cinta diikat oleh rantai kewajiban.. pada saat manusia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, rantai tersebut akan putus. (sebaliknya) rasa takut tidak akan pernah gagal..." "orang-orang besar tidak mencapai kebesaran mereka karena keuntungan, ...