Seperti biasa kalau boncengan ama sohibah yang satu ini
suka jadi ngobrol ngalor ngidul saingan ama hembusan suara angin #halah
Berhubung umur kita berdua udah ngelewatin umur nabi waktu
nikah sama Siti Khadijah (kenapa nyambung kesana? Wkwkwk) terus kita punya
background akademik yang sama jadilah kita terjebak nostalgia #eeeaa :p
Tema besar obrolan kita sih tentang berdamai ama masa lalu
(serius amats kan ngobrolnya? Wkwkwkwk). Manusia itu unik memang, pengalaman
hidup yang ia lewati sedikit banyak mempengaruhi apa yang dia pilih hari ini.
Saya mau cerita satu contoh aja misalnya, ada seorang anak laki-laki yang nggak
suka sama ibunya karena dia pikir waktu kecil ibunya nelantarin dia dengan naro
dia di panti asuhan. Padahal realitanya adalah ibunya bekerja dan anak
laki-lakinya ini dititipkan ke daycare supaya bisa tumbuh dengan baik
(ini nggak lagi debat tentang stay at home mom vs working mom
ya,, tiap keluarga kan punya different circumstances). Bodohnya anak ini
nganggep sama daycare ama panti asuhan. Emang dia g tau kalau daycare
itu bayarnya mahal?! Kalau ibunya nelantarin dia ga akan lah dia ditaro di daycare
biarin aja telantar dikunci di dalam rumah -_-
Tapi dari sekian banyak saya berinteraksi ama manusia
(berasa alien yg lagi bikin penelitian,, hahahaha), dan mencoba memahami emosi
mereka, ada orang-orang yang mudah untuk move on dari masalah yang
mereka hadapi, ada juga yang meratap cukup lama lalu bisa move on,
disamping ada juga yang gagal move on dan akhirnya terus menyalahkan
masa lalu dan pihak lain atas kegagalannya. Nah, yang terakhir ini adalah yang
paling males saya temuin. Tipikal manusia yang seperti ini mau dinasehatin
gimana juga selalu liat semua hal dari sisi negatifnya. Padahal kan Allah juga
bilang ya kalau Allah ga akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka. Kalau udah gitu saya lebih sering
untuk put my hands up dah, sa’karepmu wes,, menolong itu kan kata kerja
dan kita ga bisa nolong orang yang ga mau ditolong.
Jadi keingetan, ceramahnya ustadz Nouman tentang Quran
Remedies for Sadness. Beliau mengingatkan kita tentang penciptaan manusia
yang sempurna, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
لَقَدْ
خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍۢ
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. [Surat At-Tin (95) ayat 4]
Taqwiim berasal dari kata qama yang
berarti tegak, taqwiim berarti menjaga sesuatu agar tetap berdiri, untuk
membangun suatu struktur yang tidak akan runtuh. Jadi, beliau mengingatkan kita
bahwa tidak seperti psikolog barat yang menyatakan kalau manusia itu cacat,
sesungguhnya Allah menciptakan kita dengan sebaik-baik penciptaan. Di surat
arrahman Allah menyebutkan,
كُلُّ
مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۢ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. [Surat Ar-Rahman
(55) ayat 26]
Segala sesuatu akan hancur. Faan bermakna bahwa sesuatu itu mengarah kepada kematian, ia punya timer nya sendiri. Ketika manusia memiliki masalah, ia pada dasarnya telah dirancang untuk melewatinya. Semua masalah yang kita hadapi adalah ujian, dan ia bukan kecacatan, baik itu berupa masalah emosional, atau masalah yang berkaitan dengan fisik. Kaki kita bisa terluka, organ tubuh kita secara fisik bisa terluka, begitupun dengan emosi kita, ia tidak keluar dari pengecualian. Bukankah kita juga mengenal suatu ungkapan, “lidah itu lebih tajam dari pedang”. Kata-kata punya daya menghancurkan perasaan seseorang.
Dalam
kaitannya dengan kesedihan, alQuran menyebutkan beberapa ungkapan
1. Gham,
Ghamam berati awan yang
menutupi cahaya matahari, ungkapan ini berkaitan dengan kesedihan, ia merujuk
pada ketidaktenangan seseorang. Kita tau kan kalau awan hitam biasanya diiringi
dengan datangnya kilat, ibarat kesedihan yang menyebabkan kita tidak tenang,
hidup begitu berkabut, hal buruk belum terjadi tapi kita sudah bisa menduga
kalau ia akan datang. Gham adalah kondisi ketika kita menduga kejadian yang
menimpa kita akan memburuk.
2. Huzn,
Kata huzn
ini yang biasa digunakan dalam alquran ketika menggambarkan kesedihan. Ketika
kita susah banget buat happy dan ada aja yang bikin khawatir
ujung-ujungnya nggak bisa tidur. Huzn muncul karena suatu sebab. Sedih itu
bagian dari hidup. Orang beriman juga bisa sedih. Para nabi dan orang-orang
shalih yang mengikut jejaknya juga mengalami kesedihan yang sangat. Qur’an
adalah bagian dari kehidupan, quran menunjukkan kita realita kehidupan, quran
tidak mengeliminasi kesedihan, tapi quran menunjukkan bahwa kesedihan adalah
bagian ujian kehidupan, sebagaimana kebahagiaan atau kemarahan. Kesedihan,
kemarahan adalah emosi sebagaimana anggota tubuh kita, hanya saja ia tidak nampak,
nggak seperti organ fisik kita. Emosi gbs kita hilangkan tapi kita punya kuasa
untuk mengarahkan dan mengendalikannya
3. Bats,
adalah kesedihan yang mendalam
yang mempengaruhi apapun yang dilakukan oleh seseorang dan ia tidak mampu untuk
menjelaskan kenapa,, atau yg biasa orang sebut dengan depresi berkepanjangan, deeply
penetrated, always there. Bats itu seperti alergi, selalu ada
disana, sangking beratnya bahkan kalaupun seseorang tersenyum, nggak lama dia
bakal murung lagi. Kata bats disebutkan dalam alQuran ketika nabi Yaqub berdoa
kepada Allah
قَالَ
إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا
لَا تَعْلَمُونَ
Ya'qub menjawab:
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan
kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada
mengetahuinya". [Surat Yusuf (12) ayat 86]
Depresi adalah masalah besar
yang menimpa masyarakat dan orang beriman juga tidak keluar dari pengecualian.
Di ayat di atas digambarkan bagaimana kita boleh mengadukan permasalahan kita
pada Allah, kita mengadukan permasalahan kita pada orang yang dekat dengan kita
bukan pada sembarang orang. Dan kita pun perlu memperhatikan adab kita kepada
Allah ketika mengadukan permasalahan kita, seperti kita mengadu pada ibu kita
saat kita sakit, kita tidak bilang kalau ibu kita yang telah membuat kita jadi
sakit. Dalam keadaan depresi, saat tidak ada yang mampu memahami permasalahan
kita, sesungguhnya Allah sangat mengerti diri kita, sangat memahami kita.
4. Wayl
digunakan untuk mengungkapkan
suatu waktu dimana seseorang merasa seperti dikutuk, seseorang merasa apapun
yang ia lakukan tidak pernah ada yang benar, apapun yang dilakukan tidak pernah
bisa memperbaiki keadaan. Seseorang ketika mengutuk orang lain, dalam Bahasa Arab,
ia menyebutkan ‘waylak’, wayl juga digunakan untuk menggambarkan tempat di
neraka, ‘wayl’ berarti merasa hopeless dan merasa dikutuk.
5. Asaf,
berarti kesedihan yang
menyebabkan emosi negatif, umumnya adalah kemarahan. Misalnya, sedih karena
gagal ujian lalu marah pada orang lain. Ingat kisah nabi Musa setelah berbicara
pada Allah lalu kembali pada kaumnya sedangkan mereka kembali menyembah sapi,
lalu nabi Musa menjadi marah kepada saudaranya, Harun, dalam hal ini kata asaf
digunakan.
وَلَمَّا
رَجَعَ مُوسَىٰٓ إِلَىٰ قَوْمِهِۦ غَضْبَـٰنَ أَسِفًۭا قَالَ بِئْسَمَا
خَلَفْتُمُونِى مِنۢ بَعْدِىٓ ۖ أَعَجِلْتُمْ أَمْرَ رَبِّكُمْ ۖ وَأَلْقَى ٱلْأَلْوَاحَ
وَأَخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُۥٓ إِلَيْهِ ۚ قَالَ ٱبْنَ أُمَّ إِنَّ ٱلْقَوْمَ
ٱسْتَضْعَفُونِى وَكَادُوا۟ يَقْتُلُونَنِى فَلَا تُشْمِتْ بِىَ ٱلْأَعْدَآءَ
وَلَا تَجْعَلْنِى مَعَ ٱلْقَوْمِ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Dan tatkala Musa telah
kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia:
"Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku!
Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh
(Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya
ke arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah
menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah
kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku
ke dalam golongan orang-orang yang zalim" [Surat Al-A'raf (7) ayat 150]
6. Asa,
menyesal/depresi atas kesempatan yang berlalu,
tidak mampu melepas masa lalu, “andai dulu saya mengerjakan ….”, “andai dulu
saya tidak mengerjakan …” Seseorang melakukan hal yang buruk di masa lalu dan
memberikan efek negative pada apapun apapun yang dilakukan di masa depan.
Hasilnya? Penderitanya akan membuat dirinya sendiri dan orang disekitarnya
menderita karena gbs move on dari apa yang terjadi di masa lalu.
Salah satu deskripsi orang beriman adalah memiliki qalbun salim, artinya hati yang sehat berarti hati yang tidak memiliki depresi atau semisalnya. Artinya Islam ngasi obatnya kan?
Kalau kita perhatiin kenapa kita sedih, alQuran juga ngasi contohnya,
seperti misalnya kisah nabi Ibrahim alaihi salam ketika diusir oleh ayahnya
sendiri, beliau sedih? Tentu saja,, atau kisah nabi Yusuf alaihi salam, pernah
membayangkan bagaimana rasanya dicoba dibunuh oleh kakak sendiri? Begitu pun
dengan nabi Yaqub alaihi salam, coba bayangkan ketika seorang ayah kehilangan
darah dagingnya sendiri dan tidak tahu dia ada dimana, bagaimana keadaannya,,
bukankah itu menyakitkan? Kecintaan kita pada sesuatu akan jadi sebab kesedihan
kita. Dan kesedihan yang terbesar bisa jadi datang dari orang yang terdekat
dengan kita, seperti keluarga kita, mereka yang punya akses terdekat dengan
hati kita, orang tua kita, anak, istri, suami, paman, bibi, dll. Nabi Muhammad
Shalallahu Alaihi Wassalam pun mengalaminya.
Lalu
kenapa kita harus melewati ujian berupa kesedihan? Jika kita mengambil
pelajaran dari apa yang terjadi pada saat perang Uhud, pada saat itu umat Islam
mengalami ujian berturut-turut. Mereka saat itu tidak disiplin, Rasul diisukan
meninggal dunia sehingga menurunkan semangat jihad umat Islam, mereka
kehilangan tokoh-tokoh Islam penting, Allah timpakan ujian demi ujian, gham
atas gham
إِذْ
تُصْعِدُونَ وَلَا تَلْوُۥنَ عَلَىٰٓ أَحَدٍۢ وَٱلرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِىٓ
أُخْرَىٰكُمْ فَأَثَـٰبَكُمْ غَمًّۢا بِغَمٍّۢ لِّكَيْلَا
تَحْزَنُوا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا مَآ أَصَـٰبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ
بِمَا تَعْمَلُونَ
(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada
seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain
memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan,
supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan
terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[Surat Ali-Imran (3) ayat 153]
Kalimat yang unik yang Allah gunakan, Allah timpakan atas
kita kesedihan demi kesedihan, agar apa? Agar kita tidak lagi sedih,, ma sya
Allah 😊 ketika
seseorang punya masalah, dia akan bilang “saya punya masalah”, ketika dia punya
dua masalah, dia bilang, “saya punya masalah”, tapi kalau dia punya begitu
banyak masalah, bahkan dia sudah g sempat lagi untuk memikirkannya :D
Tiap kali kita punya masalah dan kita mencari solusinya di
dalam alQuran, maka yang ada adalah doa. Ketika nabi Adam alaihi salam keluar
dari surga, beliau pun bersedih, lalu Allah katakan dalam alQuran,
فَتَلَقَّىٰٓ
ءَادَمُ مِن رَّبِّهِۦ كَلِمَـٰتٍۢ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka
Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. [Surat Al-Baqarah (2) ayat 37]
Nabi adam menerima pemberian dari Allah, apa itu? Sesuatu
yang terus diwariskan kepada keturunan-keturunan beliau,
قَالَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
[Surat Al-A'raf (7) ayat 23]
saat nabi Adam bersedih Allah berikan kepada beliau doa. Doa itu istimewa! coba perhatiin awal alQuran apa? alfatihah isinya doa! penutupnya? AnNaas juga isinya doa! jadi jangan sepelekan kekuatan doa!
Kesedihan sendiri bisa meliputi tiga hal
1.
Kesedihan yang disebabkan
oleh diri kita sendiri
Belajarlah dari doa nabi Musa
alaihi salam
فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ
رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍۢ فَقِيرٌۭ
Maka Musa memberi minum
ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh
lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu
kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". [Surat Al-Qashash (28) ayat 24]
Karena suatu kesalahan, nabi Musa
secara tidak sengaja membunuh seorang lelaki yang menyebabkan beliau alaihi
salam harus mencari suaka ke negeri madyan. Doa ini mengajarkan kita tentang
kata kunci agar kita bisa move on dari masalah kita. Kita pasrah pada
Allah,, rabbi inni faqiirun,, ya Rabb, aku ini faqir, tidak punya
kemampuan apapun,, apapun kebaikan yang engkau beri untukku maka aku akan
mengambilnya, kebaikan berupa kesempatan baik dalam hidup, atau kesempatan
untuk berbuat baik dalam hidup. Ingat kisah beliau? Ketika datang dua orang
perempuan yang kesulitan, beliau segera menolongnya. Jika kita melakukan
kesalahan, maka satu-satunya cara untuk move on adalah melakukan
kebaikan apapun yang kita bisa dalam hubungan dengan sesama manusia, entah itu
sedekah, ikut kegiatan amal, mengajar, menyambung silaturahmi, atau apapun yg
kita mampu lakukan. Kalau kita memperhatikan kisah ini, betapa besar kuasa
Allah. Pernah membayangkan apa yg akan terjadi pada “Seorang buronan”? tapi
atas izin Allah, Allah cukupkan semua kebutuhan hambaNya,, tempat tinggal,
pekerjaan, bahkan pasangan hidup XD ma sya Allah 😊 berbuat baiklah maka Allah
yang akan menghilangkan semua kekhawatiran kita dan mencukupi semua kebutuhan
kita.
2.
Kesedihan yang disebabkan
oleh orang lain
Orang-orang
di sekitar kita sangat mungkin menjadi sumber kesedihan, sebagaimana yang
dialami nabi Musa alaihi salam. Bani Israil selalu membangkang terhadap
perintahnya, padahal kita tahu mereka telah diselamatkan dari kejamnya Firaun
atas izin Allah. Ketika kaumnya diperintahkan berperang, mereka malah menjawab
dengan “pergilah engkau berperang bersama Tuhanmu, dan kami duduk-duduk disini”
jawaban yang sungguh sangat kurang ajar! Nabi Musa pun memanjatkan doa
قَالَ رَبِّ إِنِّى لَآ أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِى وَأَخِى
ۖ فَٱفْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ ٱلْقَوْمِ ٱلْفَـٰسِقِينَ
Berkata Musa: "Ya
Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu
pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu". [Surat
Al-Ma'idah (5) ayat 25]
Belajar
dari sana, kita diperbolehkan untuk berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari
orang-orang yang melukai hati kita. Mungkin bisa jadi bos atau rekan di tempat
kerja, atau teman sepermainan, atau tetangga mungkin, orang di sekeliling kita
yang hanya menyebabkan kesedihan maka kita boleh meminta kepada Allah agar
dijauhkan dari mereka. Bisa jadi kita minta kepada Allah agar mendapat
pekerjaan yang baru atau pindah ke rumah yang baru, kita bisa saja meminta itu,
tapi sepengalaman saya berinteraksi sama manusia (alien peneliti beraksi lagi
:p) perubahan tidak akan terjadi kalau kesalahan bukan ada pada mereka tapi
justru bersumber dari kita, seperti misalnya ketidakmampuan kita untuk
membangun interpersonal relationship yang baik, kalau berkata
menyakitkan, memberikan perangai yang tidak baik, tidak mau bekerja sama,
alih-alih orang lain yang menyakiti kita, justru kita lah yang malah menyakiti
mereka -_-
Kalau
dengan orang asing kita boleh meminta kepada Allah agar dijauhkan, tapi hal ini
tidak berlaku dengan keluarga kita. Kita tidak bisa melarikan diri dari
keluarga, seburuk apapun hubungannya, bukankah Allah menjanjikan surga untuk
mereka yang menyambungkan silaturahmi dengan keluarga? Allah tahu kalau itu
berat sehingga Allah menjanjikan surga bagi para pelakunya. Para nabi
diperintahkan oleh Allah untuk tetap bersama keluarga mereka sampai Allah yang
memerintahkan mereka untuk pergi. Maka Allah mengajarkan kita doa untuk
memperbaiki hubungan kita dengan keluarga kita
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍۢ وَٱجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang
orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [Surat Al-Furqan (25) ayat
74]
Qurra
berarti sesuatu yang menetap, kita tidak bisa melepaskan pandangan kita, kita
begitu mencintainya sehingga kita tidak mampu untuk berpaling darinya. Qurrata
a’yun adalah pandangan yang sangking membuat kita bahagia hingga tidak bisa
menahan keluarnya air mata dari kedua mata kita, air mata kebahagiaan bukan air
mata karena penderitaan. Maka jika kesedihan itu berhubungan dengan keluarga
kita, mintalah kepada Allah agar Allah membantu kita untuk memperbaikinya.
3.
Kesedihan yang ada diluar
kendali kita, ia datang karena keadaan yang tidak bisa kita tolak
Dalam
perjalanan hidup kita tentu ada saja hal-hal yang ada diluar kendali kita,
entah ada penyakit yang menimpa atau terjadi kecelakaan yang menghilangkan
nyawa, menimbulkan kecacatan, kerugian materil, atau tertimpa bencana alam yang
menghilangkan kekayaan yang dikumpulkan dengan seketika, atau hal lainnya. Apa
yang bisa kita lakukan? Tentu saja yakin bahwasanya Allah tidak akan menguji
kita kecuali pada batas yang sanggup untuk kita pikul. Tapi, kalau kita tidak
mampu untuk menjaga hubungan kita dengan Allah, kita akan berasumsi negatif
pada Allah. Jangankan Allah, kalau kita
jauh sama seseorang saja, lama tidak berhubungan dengannya, kita akan mulai
membangun asumsi terhadap orang tersebeut, padahal bisa jadi realitanya tidak
seperti yg kita asumsikan. Makanya mendekatlah pada Allah agar kita senantiasa
dimampukan untuk melewati semua ujian.
Karena kesedihan adalah sesuatu yang ga keliatan secara
fisik dan lebih banyak berurusan dengan mindset kita, bagaimana
pandangan kita ketika masalah menghadapi kita, maka perhatikanlah bagaimana
alQuran mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi kita. Kalau kita perhatikan
cara Allah menyebutkan sifat-sifatnya dalam alQuran, biasanya Allah tidak
menyebutkan hanya satu namaNya saja, sebut saja misalnya ghafurur rahiim,
azizul hakim, malikul qudus, dll. Tapi di surat arRahman, Allah hanya
menyebut satu namanya, ArRahman, membuat kita memperhatikan keistimewaannya. ArRahman memiliki akar kata yang sama dengan rahm,
yang artinya adalah rahim. Sama seperti seorang bayi yang ada di dalam rahim
ibunya, sang bayi tidak pernah merasa khawatir akan apapun. Ibunya lah yang
menjamin semua kebutuhan sang janin, nutrisi, keamanan, kenyamanan,, saat bayi
berada dalam perut ibunya, ibunya memberikan semua kasih sayang yang bisa
diberikan, kita dirawat dan dicintai. Dan kita tahu saat bayi dilahirkan,
ibunya bertaruh dengan nyawanya. Adakah seseorang yang begitu mencintai
seseorang yang mengancam nyawanya? Maka ketika kita mengaitkan kasih sayang
yang begitu tulus dari seorang ibu ketika mengaitkannya dengan kata rahm,
apalagi sifat Rahman Allah?! Apa yang dilakukan oleh seorang ibu dalam
menyayangi, mencintai, menjaga janin di dalam rahimnya bahkan tidak bisa
dibandingkan dengan apa yang Allah berikan selama ini untuk kita! Allah itu
mengikuti prasangka hambaNya jika kita berpikir bahwa Allah tidak adil pada
kita, maka itu yang Allah beri untuk kita,, jika kita memikirkan kasih sayang
Allah, ampunan Allah, rahmat Allah maka itu pula yang Allah berikan untuk kita.
Maka hal pertama yang akan menghindarkan kita dari kesedihan adalah menyadari
sifat-sifat Allah, namanya, ArRahman adalah salah satunya.
Kedua, kita kembali bisa
belajar dari kisah nabi Musa alaihi salam. Ketika bani Israil terlepas dari
kekejaman Firaun, sedangkan mereka masih tidak bisa keluar dari trauma masa
lalu mereka, Nabi Musa mengatakan sesuatu yang diabadikan dalam alQuran
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ
Mungkin kita berpikir bahwa Nabi Musa akan memerintahkan untuk
bersabar, tapi ternyata tidak! Dibandingkan memerintahkan bersabar, nabi Musa
justru mengajak kaumnya untuk mengubah mindset! Sabar adalah tujuan! Dan untuk mendapatkannya kita harus melakukan sesuatu
yang akan mengantarkan kita pada kesabaran itu sendiri. Sabar itu harus
diupayakan, lalu bagaimana caranya? Dari kisah ini kita belajar, fokus pada hal
yang baik dibandingkan kejadian buruk yang menimpa seseorang akan mengubah mindsetnya.
Bersyukur akan mengantarkan seseorang pada kesabaran, tanpa syukur, sabar tidak
akan ada.
Hal yang menarik lagi
dari ayat ini adalah, ketika kita bersyukur, Allah mengatakan la aziidanakum,
Allah bilang akan menambahkan (tapi apa?). Kita sering kan berdoa, Rabbi zidni
ilman, ya Allah tambahkan bagiku ilmu, tapi di ayat ini Allah menjanjikan
untuk menambahkan tanpa menyebutkan apa yang ditambahkan, kenapa? Karena setiap
orang punya kebutuhan yang berbeda, maka apa yang Allah tambahkan adalah apapun
yang kita butuhkan. Lalu bagaimana jika kita tidak bersyukur? Allah bilang inna
adzabii lasyadiid, sesungguhnya azab Allah sangatlah pedih, tapi yang
menarik lagi, Allah menghilangkan huruf fa disana, artinya apa? Inna adzabi
,, seolah menjadi kalimat yang baru,, Adzab yang pedih bukan konsekuensi
dari kekufuran kita atas nikmat yang Allah beri, andai Allah menaruh huruf fa
disana, sungguh Allah akan menimpakan adzab kepada kita. ma syaa Allah kita
kembali mengingat betapa Allah arRahman 😊
Ketiga, kita belajar dari kisah Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wasalam. Rasulullah mengalami pengalaman yang sangat traumatik ketika menjalankan misi yang Allah berikan. Allah menurunkan
surat al-Kautsar
إِنَّآ أَعْطَيْنَـٰكَ ٱلْكَوْثَرَ
Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu nikmat yang banyak. [Surat Al-Kautsar (108) ayat 1]
Di surat ini bahkan Allah
tidak menyebutkan apa yang telah hilang dari nabi, trauma yang beliau alami.
Allah mengajarkan kita untuk mengubah pandangan kita untuk memikirkan apa yang
telah Allah beri dibandingkan apa yang telah menyebabkan kesedihan kita. Di
tengah-tengah kesulitan yang beliau hadapi, Allah telah memberikan balasan yang
begitu besar, lalu apalagi yang beliau perlukan? Bahkan alQuran sendiri adalah
obat dari kesedihan. Maka setelah mengingat besarnya kebaikan yang Allah beri
bagi kita, maka Allah mengajarkan kita bagaimana menunjukkan rasa syukur kita
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ
Maka dirikanlah shalat
karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. [Surat Al-Kautsar (108) ayat 2]
إِنَّ
شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang
terputus. [Surat Al-Kautsar (108) ayat 3]
Dan jika sudah begitu
bahkan kita tidak perlu takut pada apapun
Semua musuh, semua
kepedihan, semuanya Allah yang akan urus! Maka, ingatlah banyaknya kebaikan
yang telah Allah beri bagi kita, bersyukur, dan husnudzan, berprasangka
baik pada Allah. Ketika hubungan kita dengan Allah semakin baik,
hubungan kita dengan alQuran semakin baik, kesedihan masih akan menimpa kita
tapi Allah yang akan mengurus semuanya untuk kita. Kalau tidak? Mungkin kamu
perlu injeksi morfin #eh :p g gitu deng,, mungkin kamu perlu perbaiki lagi hubungan dengan Allah dan
apa yang telah Allah turunkan bagi kita, kalam terbaik yang pernah ada di muka
bumi 😊 have a
try ya and be happy 😊
Komentar
Posting Komentar