Berdasarkan oxford dictionary, "take for granted" adalah sebuah frase yang bermakna fail to properly appreciate (someone or something), especially as a result of overfamiliarity atau terjemahan bebasnya berarti gagal mengapresiasi sesuatu karena yang dimaksud adalah sesuatu yang biasa kita temui bukan sesuatu yang kita anggap "aneh" ataupun "istimewa", sesuatu yg kita anggap biasa karena sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kebanyakan penduduk indonesia yang mayoritas beragama, berbicara perihal Tuhan adalah sesuatu yang take for granted,, tidak banyak yg mempertanyakan mengapa berbagama, mengapa kita percaya pada Tuhan. Bagi generasi yang terlahir di era 90an, kemerdekaan secara fisik, persatuan indonesia juga merupakan sesuatu yg "take for granted". Untuk generasi yang terlahir dari keluarga berada, sepiring nasi dan lauk pauknya yg tersedia di meja makan setiap harinya juga sesuatu yang "take for granted". Sesederhana bernapas saja, qt pun tidak menganggapnya sebagai sesuatu yg berharga.. ya,, karena kembali lagi, kita mendapatkan itu semua tanpa upaya yang berarti. Berkebalikan dengan mereka yg tidak tinggal dalam situasi-situasi yang disebutkan sebelumnya, sesuatu yg bagi sebagian orang dianggap biasa saja, bagi mereka adalah harta yang berharga,, mereka hargai dengan nilai yg sangat tinggi.
Ketika membaca ayat Allah swt.,
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur."
(TQS. As-Sajdah:9)
Rasanya seolah sedang ditegur keras sekali. Segala kemudahan yang telah Allah swt beri kepada kita manusia, kita abaikan begitu saja. Padahal andai kita tau begitu sulitnya mengatur pembelahan embrio menjadi manusia sekompleks yang kita lihat hari ini dengan kesempurnaan organnya, mekanisme homeostatiknya, mekanisme regenerasi nya ,, masyaAllah,, tidak mungkin tidak lisan ini pasti akan dipenuhi dengan pujian atas apa yang telah Allah ciptakan. Pernah bayangkan apa jadinya kita tanpa pendengaran? Tanpa penglihatan? Tanpa akal? Tanpa hati? Ketika Allah mencabut semua nikmat yang telah diberinya,, apa yang bisa kita lakukan? Laa hawla wa la quwwata illa billah,, tidak ada daya dan upaya melainkan atas izin Allah.
Komentar
Posting Komentar