Minggu lalu ane bikin kesalahan,, kesalahan yang fatal sekali,, sekarang ini ane seperti berada di posisi guru sekolah Thomas alfa edison yang mengirim surat ama ibunya dan bilang kalau si thomas nih udah ga ada harapan. Tapi untungnya saat itu Thomas punya ibu yang luar biasa yang mensupport dirinya di saat "pendidik"nya sendiri sudah menyerah terhadapnya.
"saya tidak melihat keseriusanmu,, lalu untuk alasan apa saya masih percaya dengan track record yang seperti ini?" ane bilang gitu coobaaa... salah banget kan tuh kalimatnya? apalagi recipient pesannya adalah cewe -_-
kayaknya ane selalu punya masalah kalau udah berurusan sama yang namanya perasaan,, sohib waktu SMA pernah marah ama ane gara-gara celetukan ane yang ternyata bikin doi sakit hati.. waktu jamannya kuliah juga gitu,, ane lagi suntuk lagi pengen migrasi menghilang dari hiruk pikuk kota bandung menuju ujung genteng terus ninggalin temen ane di bandung.. udahnya jangan ditanya,, temen ane pundung sepundung pundungnya -_-
kalau udah kek gini ane selalu jadi inget perkataan tong ming seng dalam serial geng kembang, "kalau maaf itu berguna buat apa ada polisi?" -_-
waktu ga bisa diulang, luka yang sudah terjadi ga bisa ane ilangin bekasnya,, sekalipun sudah minta maaf, salah ya tetep aja salah.
ane merasa tertegur karena teringat ayat ini
Allah perintahkan kita untuk menyeru manusia ke jalan Rabb manusia dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan kalaupun mendebat dilakukan dengan cara yang baik pula. Ketika kita mengundang seseorang, tentu kita tidak mengundang mereka dengan emosi kan? ketika kita mengundang seseorang, harapannya adalah agar yang diundang berkenan hadir dalam acara kita, bukan begitu? oleh karena itu, kita akan mempersiapkan perangai terbaik ketika kita hendak mengundang seseorang.
Hal lain yang menarik dari ayat ini adalah ketika yang diperintahkan adalah mengundang manusia ke "jalan" Rabb nya. Kalimat yang Allah pilih bukanlah "ud'u ila Rabbika", tapi "ud'u ila sabiili rabbika",, Allah tidak meminta kita untuk sampai pada titik tertentu, yang Allah minta adalah kita manusia menempuh jalan menuju Allah,, karena begitu kita menempuh jalan ketaatan, Allah akan mudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan yang lain, dan sebaliknya, begitu seseorang memilih jalan yang buruk, maka setelahnya keburukan yang lain akan juga terbuka.
“Adapun orang yang memberikan hartanya (di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. al-Lail: 5-7).
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sulit.” (QS. al-Lail: 8-10).
Dalam menempuh perjalanan ini ada orang-orang yang berlari dengan cepat, ada yang berjalan, ada yang tertatih,, dan Allah pun menutup ayat di atas dengan kalimat Allah lah yang lebih mengetahui, kita manusia tidak bisa menjudge seseorang dengan kalimat, "saya sudah mendakwahinya tapi dia tidak juga berubah" karena pada akhirnya yang maha mengetahui siapa yang tersesat dan siapa yang mendapatkan petunjuk hanyalah Allah swt.
Ane cuma berharap, Allah swt mengampuni ane,, ane yang salah :'(
"saya tidak melihat keseriusanmu,, lalu untuk alasan apa saya masih percaya dengan track record yang seperti ini?" ane bilang gitu coobaaa... salah banget kan tuh kalimatnya? apalagi recipient pesannya adalah cewe -_-
kayaknya ane selalu punya masalah kalau udah berurusan sama yang namanya perasaan,, sohib waktu SMA pernah marah ama ane gara-gara celetukan ane yang ternyata bikin doi sakit hati.. waktu jamannya kuliah juga gitu,, ane lagi suntuk lagi pengen migrasi menghilang dari hiruk pikuk kota bandung menuju ujung genteng terus ninggalin temen ane di bandung.. udahnya jangan ditanya,, temen ane pundung sepundung pundungnya -_-
kalau udah kek gini ane selalu jadi inget perkataan tong ming seng dalam serial geng kembang, "kalau maaf itu berguna buat apa ada polisi?" -_-
waktu ga bisa diulang, luka yang sudah terjadi ga bisa ane ilangin bekasnya,, sekalipun sudah minta maaf, salah ya tetep aja salah.
ane merasa tertegur karena teringat ayat ini
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ
أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah
(manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
debatlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah
Yang Maha tahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an-Nahl: 125).Allah perintahkan kita untuk menyeru manusia ke jalan Rabb manusia dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan kalaupun mendebat dilakukan dengan cara yang baik pula. Ketika kita mengundang seseorang, tentu kita tidak mengundang mereka dengan emosi kan? ketika kita mengundang seseorang, harapannya adalah agar yang diundang berkenan hadir dalam acara kita, bukan begitu? oleh karena itu, kita akan mempersiapkan perangai terbaik ketika kita hendak mengundang seseorang.
Hal lain yang menarik dari ayat ini adalah ketika yang diperintahkan adalah mengundang manusia ke "jalan" Rabb nya. Kalimat yang Allah pilih bukanlah "ud'u ila Rabbika", tapi "ud'u ila sabiili rabbika",, Allah tidak meminta kita untuk sampai pada titik tertentu, yang Allah minta adalah kita manusia menempuh jalan menuju Allah,, karena begitu kita menempuh jalan ketaatan, Allah akan mudahkan kita untuk melaksanakan ketaatan yang lain, dan sebaliknya, begitu seseorang memilih jalan yang buruk, maka setelahnya keburukan yang lain akan juga terbuka.
“Adapun orang yang memberikan hartanya (di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. al-Lail: 5-7).
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sulit.” (QS. al-Lail: 8-10).
Dalam menempuh perjalanan ini ada orang-orang yang berlari dengan cepat, ada yang berjalan, ada yang tertatih,, dan Allah pun menutup ayat di atas dengan kalimat Allah lah yang lebih mengetahui, kita manusia tidak bisa menjudge seseorang dengan kalimat, "saya sudah mendakwahinya tapi dia tidak juga berubah" karena pada akhirnya yang maha mengetahui siapa yang tersesat dan siapa yang mendapatkan petunjuk hanyalah Allah swt.
Ane cuma berharap, Allah swt mengampuni ane,, ane yang salah :'(
Komentar
Posting Komentar