Langsung ke konten utama

Petunjuk

Bismillahirrahmanirrahim.

Kata هُدَى turunannya di dalam alQuran dinyatakan sebanyak 316 kali di 96 surat. Pertama kali disebutkan di dalam alQuran di Surat Al-Baqarah Ayat 2 dan disebutkan terakhir di dalam alQuran di surat Al-Alaq ayat 11.

Huda atau sering kita sebut juga dengan Hidâyah berasal dari kata hadâ–yahdî–hud[an] wa hady[an] wa hidy[an] wa hidâyat[an]. Hudâ dan hidâyah secara bahasa artinya ar-rasyâd (bimbingan/tuntunan) wa ad-dalâlah (petunjuk). Juga dikatakan, hadaytuhu ath-tharîqa wa al-bayta hidâyat[an], artinya ‘arraftuhu (aku memberitahunya). Menurut al-Azhari di dalam Tahdzîb al-Lughah menukil Abu al-‘Abbas dari Ibn al-A’rabi dan menurut Ahmad bin Muhammad al-Fayumi di dalam Mishbâh Al-Munîr, hidâyah juga berarti al-bayân (penjelasan). Dengan demikian, hidâyah secara bahasa artinya bimbingan, penerangan, petunjuk dan penjelasan.

Al-Hudâ atau al-hidâyah juga adalah lawan dari adh-dhalâl (kesesatan). Secara ‘urf, adh-dhalâl adalah penyimpangan dari jalan yang bisa mengantarkan pada tujuan yang diinginkan, atau penyimpangan dari jalan yang seharusnya. Karena itu, al-hudâ atau al-hidâyah secara ‘urf bisa diartikan sebagai jalan yang bisa mengantarkan pada tujuan yang diinginkan, atau jalan yang seharusnya.

Secara syar’i jalan yang dimaksud adalah jalan yang benar (tharîq al-haqq) dan jalan yang lurus (tharîq al-mustaqim), yaitu Islam dan keimanan terhadapnya. Dengan demikian, secara syar’i, al-huda atau al-hidâyah adalah mendapat petunjuk atau terbimbing pada Islam dan beriman terhadapnya.

Hidayah yang diberikan oleh Allah kepada manusia di dunia ada tiga macam:

1) Hidâyah al-Khalq (hidayah penciptaan).

Allah telah menciptakan dalam diri manusia, fitrah berupa kecenderungan untuk beragama, kebutuhan dan pengakuan kepada al-Khâliq; dan kecenderung pada kebaikan maupun keburukan (QS al-Balad: 10; asy-Syams: 7-8). Allah juga menciptakan akal atau kemampuan berpikir untuk memahami dan membedakan yang baik dari yang buruk. Oleh karena itu, orang yang tidak memperoleh hidayah jenis ini, yaitu orang yang tidak sempurna atau tidak waras akalnya, tidak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah.

2) Hidâyah al-Irsyâd wa al-Bayân (hidayah petunjuk/bimbingan dan penjelasan),

yaitu berupa penjelasan, petunjuk dan bimbingan yang diberikan Allah melalui risalah yang dibawa oleh Rasul. Di dalamnya terdapat penjelasan tentang keimanan dan kekufuran, kebaikan dan keburukan, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk akan jalan hidup yang diridhai Allah dan yang tidak, serta akibat dari masing-masingnya baik di dunia maupun di akhirat. Di sinilah al-Quran disebut petunjuk dan Rasul adalah orang yang memberi petunjuk (QS asy-Syura: 52; ar-Ra’d: 7); yaitu yang menyampaikan risalah, menjelaskannya dan menuntun serta membimbing ke jalan Allah.

3) Hidâyah at-Tawfîq (Hidayah Taufik). 

Tawfîq (taufik) kepada hidayah hanya berasal dari Allah (QS Hud: 88). Hidayah taufik inilah yang dinafikan dari Rasul saw. 

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(QS al-Qashash: 56).

Taufik itu bukanlah penciptaan hidayah dari tidak ada menjadi ada dalam diri manusia. Taufik kepada hidayah itu adalah penyiapan sebab-sebab hidayah untuk manusia. Taufik berkaitan dengan sebab-sebab hidayah, atau sifat-sifat hidayah, yang jika seseorang menyifati diri dengannya maka ia akan mendapat petunjuk (hidayah).

***

Ketika kita membaca Surat Al-Fatihah pada dasarny kita diajarkan oleh Allah swt untuk memohon petunjuk, untuk mencari petunjuk dari-Nya. Dan Allah mengajarkan kita untuk meminta kepada-Nya setiap hari, dan kita melakukannya setidaknya 17 kali dalam satu hari, karena kita membaca Surah Al-Fatihah di setiap rakaat shalat wajib yang kita kerjakan, dan jumlahnya akan lebih banyak jika kita menambahnya dengan shalat sunnah. Jadi apakah Allah telah menjawab permohonan kita? Tentu saja jawabannya adalah YA!لَا رَيْبَ! Tidak ada keraguan sama sekali! Ketika kita membaca Surah Al-Fatihah di halaman pertama, di halaman berikutnya Allah swt langsung menjawab permohonan kita,

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Al-Baqarah : 2)

Ayat tersebut merupakan tanda bahwa petunjuk yang kita cari, petunjuk yang kita butuhkan dari-Nya telah ada dan petunjuk itu ada di dalam al-Quran dan yang perlu kita lakukan adalah mengambilnya dan membacanya, memahaminya dan menerapkannya dalam kehidupan kita.

Satu hal yang perlu kita tanyakan pada diri kita adalah jika kita tidak memahami Quran, lalu bagaimana alQuran bisa membimbing kita? Bagaimana mungkin sebuah peta dapat memandu kita menuju tujuan kita jika kita tidak tahu bagaimana cara membaca peta?

Memahami alQuran adalah aspek terpenting agar kita bisa mendapatkan petunjuk darinya. Bahkan jika satu-satunya hal yang kita mampu lakukan adalah mempelajari satu kata per hari nya, kata tersebut akan menjadi petunjuk-Nya bagi kita, dan kita akan lebih dekat kepada-Nya, dan tentu saja hidup kita akan menjadi lebih terarah.

Allah tidak memberikan taufiknya secara paksa kepada manusia; melainkan ketika manusia sudah menerima hidâyah al-khalq, menggunakan fitrah dan akalnya; lalu sampai padanya hidâyah al-irsyâd wa al-bayân melalui Rasul, pewaris Rasul, kaum Muslim atau sarana lainnya; kemudian ia memahaminya dan menerima risalah itu, maka Allah akan memberinya taufik dan memudahkannya memahami hidayah dan mengambilnya dan hidup dengannya. Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ
Orang-orang yang mencari petunjuk, Allah menambah mereka petunjuk dan memberi mereka (balasan) ketakwaannya (QS Muhammad [47]: 17).

Petunjuk adalah awal dari akhir yang indah. Semoga kita semua sampai pada tujuan kita dengan selamat dan mendapatkan kebahagiaan terbesar bertemu dengan Allah swt, pencipta kita, Rabb semesta alam. Aamiin.

YukNgaji! :)

Sumber tulisan:
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/04/17/hidayah/
http://aspireinstitute.com/hfw90/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Ganti dalam Bahasa Arab [Kata Ganti untuk Allah]

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kalau dalam Bahasa Indonesia kita mengenal kata ganti yang bebas dari orientasi gender, seperti saya, kamu, dia, mereka, dst. Dalam Bahasa Inggris kita belajar kata ganti he untuk laki-laki, she untuk perempuan, dan it yang netral gender. Nah, dalam Bahasa Arab ada dua gender, yaitu mudzakkar (yang menunjukkan laki-laki) dan muannats (yang menunjukkan perempuan). Kalau dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris dikenal kata ganti tunggal dan jamak, dalam Bahasa Arab dikenal kata ganti tunggal (mufrod), ganda (mutsanna), dan jamak. Jadi, jika dikumpulkan ada 12 kata ganti dalam Bahasa arab, yaitu: 1. هُوَ (Dia [laki-laki]): untuk orang ketiga (yang dibicarakan), tunggal (mufrad), mudzakkar. 2. هُمَا (Mereka berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang ketiga, ganda (mutsanna), baik mudzakkar maupun muannats. 3. هُمْ (Mereka [banyak laki-laki]): untuk orang ketiga, jamak, mudzakkar. 4. هِيَ (Dia [perempuan]): untuk orang ketiga, mufrad, muannats. 5. هُ...

Kata Benda dan Kata Kerja dalam Bahasa Arab

Dalam Bahasa Arab seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam bentuk kata kerja/verb (fi'il/فعل) atau kata benda/noun (isim/اسم). Dalam bahasa arab, dikenal 2 bentuk tenses: 1. fi'il madhi, kata kerja dalam bentuk lampau, past tenses, Yang menggambarkan sesuatu yang sudah terjadi, dan 2. Fi'il mudhori, Present-future tense, menggambarkan sesuatu yang belum selesai, menggambarkan kondisi sekarang dan yang akan datang. Sebagai contoh, ketika dikatakan اضرب (adribu) berarti I am hitting, ini adalah contoh fi'il mudhari يضرب + kata ganti untuk انا (saya) yang bermakna saya sekarang sedang memukul dan masih memukul (bentuk present-future tense). Ketika sudah selesai maka berubah menjadi ضربت (dhorobtu) yg merupakan bentuk fi'il madhi ضرب + kata ganti انا yg artinya saya memukul dan kejadiannya sudah berlalu (bentuk past tense). Seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam kata kerja atau kata benda. Bentuk Kata benda (ism faa'il) mengindikasikan bahwa subje...

Teori Machiavelli

"Harus diingat bahwa manusia harus dicintai atau dihancurkan; mereka akan menuntut balas akan luka ringan mereka, namun mereka tidak akan dapat melakukan hal serupa apabila mereka terluka parah. Oleh karena itu, luka yang kita sebabkan haruslah sebesar-besarnya sehingga kita tidak harus takut akan balasan mereka." " Membunuh sahabat seperjuangan, mengkhianati teman-teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan dan tidak memiliki agama; kesemua hal ini tidak dapat digolongkan tindakan yang bermoral, namun metode-metode ini dapat memberikan kekuatan, namun bukan kemuliaan" "Manusia tidak segan2 (lebih) membela orang yang mereka takuti dibanding yang mereka cintai. Karena cinta diikat oleh rantai kewajiban.. pada saat manusia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, rantai tersebut akan putus. (sebaliknya) rasa takut tidak akan pernah gagal..." "orang-orang besar tidak mencapai kebesaran mereka karena keuntungan, ...