Langsung ke konten utama

Aurat Gue Urusan Gue

Besok pagi harusnya ke bandara,, dan jam segini masih belum packing -_- nggak bisa fokus gegara mikirin beberapa hal.. tiga Maret kemarin di Jakarta ada aksi womens march dengan 8 tuntutannya yang bisa di googling lah ya.. aksi women march disini ga lepas dari gerakan parent nya, Womens March di USA sana,, di dalam website nya disebutin kalau aksi mereka pada Januari 2017 adalah aksi terkoordinasi yang terbesar di sepanjang sejarah Amerika dan dunia. Apa yang dituntut dalam aksi mereka? Cek aja misinya yang saya copast abis dari website nya di bagian akhir tulisan ini. Tentu saja tuntutan aksi di Jakarta pun ga lepas dari misi besar women march global. Dalam salah satu poster yang dibawa oleh peserta aksi, disana dituliskan "aurat gue bukan urusan lo", "bukan salah rok mini tapi otak lo yang mini", "pakai hijab ok, nggak pake hijab juga kece", dan masih banyak yg lainnya, termasuk kampanye mendukung LQBTQIA.


Somehow saya merasa aksi ini seolah menggugat aturan-aturan yang ditetapkan dalam Islam. Bagi yang paham tentu saja akan merasakan hal yang sama. Semakin banyak mengikuti peristiwa-peristiwa politik di dunia ini semakin membuat saya merenungi kembali alasan mengapa setelah turunnya wahyu, Rasul mengatakan, "setelah ini tidak ada lagi waktu untuk beristirahat". Menyampaikan Islam berarti (sesuai namanya) mengajak manusia untuk menyerahkan diri, menundukkan ego, memberikan ketaatan hanya kepada Allah, Ilah manusia. Jadi, saya pikir tidak akan menemukan titik temu jika syariat dipertentangkan dengan kehendak manusia. Keinginan manusia berubah, sedangkan syariat tidak. Setelah turunnya wahyu, Rasul tidak punya pilihan kecuali berusaha mengubah standar berpikir manusia, pemahaman mereka, ketundukan mereka dari sekedar ukuran-ukuran manfaat dan kesenangan versi manusia saja menjadi kepasrahan pada semua ketetapan yang ditentukan Ilahi Rabbi. A long life struggle.

   ۜ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ ٱلْكِتَـٰبَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُۥ عِوَجَا 
قَيِّمًۭا لِّيُنذِرَ بَأْسًۭا شَدِيدًۭا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًۭا 

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, [QS. Al-Kahfi (18) ayat 1-2] 

Seorang kawan ketika memilih untuk melepaskan kerudungnya, "people change", jawaban itu yang saya dapat,, saya sendiri akhirnya hanya bisa memberi nasihat, but only her the one that can change herself. Pada akhirnya, pilihan hidup seseorang hanyalah penampakan dari apa yang ada di dalam kepalanya. Maka saya pikir sama saja dengan mba-mba dan mas-mas yang tergabung dalam womens march. Menurut mereka, kekerasan terhadap perempuan disebabkan oleh pandangan bias gender, pola pikir patriarki, menjadikan perempuan rakyat kelas dua. Dalam salah satu diskusi di kampus dulu saat yang menjadi pembicara adalah aktivis feminis, pandangan bias gender (ibunya bilang) ada dimana-mana, dari mulai contoh kalimat dalam pendidikan dasar, "ayah bekerja dan ibu memasak", sudut pandang kalau perempuan hanya fokus di ranah domestik, sampai headline berita pun dipermasalahkan, jika atlet bulu tangkis ganda campuran memenangkan pertandingan, nama atlet perempuan ditempatkan setelah nama atlet laki-laki, headline semacam ini juga sesungguhnya mengajarkan diskriminasi gender (ibunya bilang). Hal yang remeh menurut saya, tapi ternyata dianggap masalah oleh aktivis gender.

Dalam mazhab sekuler liberal, ketika kebebasan dipertuhankan, menegur seseorang yang menampakkan aurat atau memiliki kecenderungan seksual abnormal (kalimat macam ini pasti tidak diterima pegiat lgbtqia) adalah sebuah kelancangan. Perempuan bisa bebas menentukan pakaian apa yang ia kenakan, apakah hanya pakai bikini atau tanpa busana pun adalah bentuk kebebasan berekspresi. Jika hal itu, mengundang kejahatan lelaki maka itu bukan salah wanita tapi salah otak laki-laki yang tidak bisa mengendalikan nafsunya. 

Pemikiran semacam itu tentu saja bertentangan dengan syariat Islam. Memberi nasehat adalah satu aktivitas yang dicintai oleh Allah. Ketaatan individu dipengaruhi oleh kontrol masyarakatnya. Dalam Islam tidak dikenal istilah "urus saja urusanmu sendiri". Rasulullah shalallahu alaihi wassallam menyebutkan

مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا

Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari)

Allah subhanahu wa ta'ala pun berfirman

وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةًۭ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةًۭ ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah SWT amat keras siksaan-Nya,” (QS. Al-Anfal: 25)

Jadi mba, sesungguhnya hidup kita akan adem kalau nurut sama penciptanya manusia. Dialah yang paling tau bagaimana memenuhi kebutuhan dasar dan naluri manusia sesuai dengan takaran yang pas. Jadi, inti tulisan ini saya cuma mau bilang, aurat lo urusan kita semua -_-


The Women's March on Washington convened a broad and diverse group of leaders to produce an intersectional platform known as the Unity Principles. Representing a new understanding of the connected nature of our struggles and a vision of our collective liberation, the Unity Principles continue to be a guiding light for our movement.  
We believe that Women’s Rights are Human Rights and Human Rights are Women’s Rights. We must create a society in which women - including Black women, Native women, poor women, immigrant women, disabled women, Muslim women, lesbian queer and trans women - are free and able to care for and nurture their families, however they are formed, in safe and healthy environments free from structural impediments. 
ENDING VIOLENCE
Women deserve to live full and healthy lives, free of all forms of violence against our bodies. We believe in accountability and justice in cases of police brutality and ending racial profiling and targeting of communities of color. It is our moral imperative to dismantle the gender and racial inequities within the criminal justice system.
REPRODUCTIVE RIGHTS
We believe in Reproductive Freedom. We do not accept any federal, state or local rollbacks, cuts or restrictions on our ability to access quality reproductive healthcare services, birth control, HIV/AIDS care and prevention, or medically accurate sexuality education. This means open access to safe, legal, affordable abortion and birth control for all people, regardless of income, location or education. 
LGBTQIA RIGHTS
We firmly declare that LGBTQIA Rights are Human Rights and that it is our obligation to uplift, expand and protect the rights of our gay, lesbian, bi, queer, trans or gender non-conforming brothers, sisters and siblings. We must have the power to control our bodies and be free from gender norms, expectations and stereotypes.
WORKER’S RIGHTS
We believe in an economy powered by transparency, accountability, security and equity. All women should be paid equitably, with access to affordable childcare, sick days, healthcare, paid family leave, and healthy work environments. All workers – including domestic and farm workers, undocumented and migrant workers - must have the right to organize and fight for a living minimum wage.
CIVIL RIGHTS
We believe Civil Rights are our birthright, including voting rights, freedom to worship without fear of intimidation or harassment, freedom of speech, and protections for all citizens regardless of race, gender, age or disability. We believe it is time for an all-inclusive Equal Rights Amendment to the U.S. Constitution.  
DISABILITY RIGHTS
We believe that all women’s issues are issues faced by women with disabilities and Deaf women. As mothers, sisters, daughters, and contributing members of this great nation, we seek to break barriers to access, inclusion, independence, and the full enjoyment of citizenship at home and around the world. We strive to be fully included in and contribute to all aspects of American life, economy, and culture.
IMMIGRANT RIGHTS
Rooted in the promise of America’s call for huddled masses yearning to breathe free, we believe in immigrant and refugee rights regardless of status or country of origin.  We believe migration is a human right and that no human being is illegal.
ENVIRONMENTAL JUSTICE
We believe that every person and every community in our nation has the right to clean water, clean air, and access to and enjoyment of public lands. We believe that our environment and our climate must be protected, and that our land and natural resources cannot be exploited for corporate gain or greed - especially at the risk of public safety and health.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Ganti dalam Bahasa Arab [Kata Ganti untuk Allah]

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kalau dalam Bahasa Indonesia kita mengenal kata ganti yang bebas dari orientasi gender, seperti saya, kamu, dia, mereka, dst. Dalam Bahasa Inggris kita belajar kata ganti he untuk laki-laki, she untuk perempuan, dan it yang netral gender. Nah, dalam Bahasa Arab ada dua gender, yaitu mudzakkar (yang menunjukkan laki-laki) dan muannats (yang menunjukkan perempuan). Kalau dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris dikenal kata ganti tunggal dan jamak, dalam Bahasa Arab dikenal kata ganti tunggal (mufrod), ganda (mutsanna), dan jamak. Jadi, jika dikumpulkan ada 12 kata ganti dalam Bahasa arab, yaitu: 1. هُوَ (Dia [laki-laki]): untuk orang ketiga (yang dibicarakan), tunggal (mufrad), mudzakkar. 2. هُمَا (Mereka berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang ketiga, ganda (mutsanna), baik mudzakkar maupun muannats. 3. هُمْ (Mereka [banyak laki-laki]): untuk orang ketiga, jamak, mudzakkar. 4. هِيَ (Dia [perempuan]): untuk orang ketiga, mufrad, muannats. 5. هُ...

Kata Benda dan Kata Kerja dalam Bahasa Arab

Dalam Bahasa Arab seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam bentuk kata kerja/verb (fi'il/فعل) atau kata benda/noun (isim/اسم). Dalam bahasa arab, dikenal 2 bentuk tenses: 1. fi'il madhi, kata kerja dalam bentuk lampau, past tenses, Yang menggambarkan sesuatu yang sudah terjadi, dan 2. Fi'il mudhori, Present-future tense, menggambarkan sesuatu yang belum selesai, menggambarkan kondisi sekarang dan yang akan datang. Sebagai contoh, ketika dikatakan اضرب (adribu) berarti I am hitting, ini adalah contoh fi'il mudhari يضرب + kata ganti untuk انا (saya) yang bermakna saya sekarang sedang memukul dan masih memukul (bentuk present-future tense). Ketika sudah selesai maka berubah menjadi ضربت (dhorobtu) yg merupakan bentuk fi'il madhi ضرب + kata ganti انا yg artinya saya memukul dan kejadiannya sudah berlalu (bentuk past tense). Seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam kata kerja atau kata benda. Bentuk Kata benda (ism faa'il) mengindikasikan bahwa subje...

Teori Machiavelli

"Harus diingat bahwa manusia harus dicintai atau dihancurkan; mereka akan menuntut balas akan luka ringan mereka, namun mereka tidak akan dapat melakukan hal serupa apabila mereka terluka parah. Oleh karena itu, luka yang kita sebabkan haruslah sebesar-besarnya sehingga kita tidak harus takut akan balasan mereka." " Membunuh sahabat seperjuangan, mengkhianati teman-teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan dan tidak memiliki agama; kesemua hal ini tidak dapat digolongkan tindakan yang bermoral, namun metode-metode ini dapat memberikan kekuatan, namun bukan kemuliaan" "Manusia tidak segan2 (lebih) membela orang yang mereka takuti dibanding yang mereka cintai. Karena cinta diikat oleh rantai kewajiban.. pada saat manusia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, rantai tersebut akan putus. (sebaliknya) rasa takut tidak akan pernah gagal..." "orang-orang besar tidak mencapai kebesaran mereka karena keuntungan, ...