Bikin muhasabah tertulis setiap bulannya sudah jadi kebiasaan sejak beberapa tahun ke belakang. Dan setiap kali masanya tiba, pola lama selalu berulang, selalu merasa "kenapa waktu cepat sekali berlalu", "kenapa saya sangat minimal dalam beramal", "sebulan kemarin ngapain aja woy?!"
Tidak jarang kita ini suka sekali menyalahkan irrelevant thing atas apa-apa yang menimpa kita. Kita yang telat, yang disalahin kemacetan di jalan. Kita yang ga ngerti pelajaran, yang disalahin guru di kelas. Kita yang berdosa, yang disalahin Allah yang sudah menakdirkannya buat kita. Padahal common sense kita aja ga bakal terima kalau ada yg nempeleng wajah kita terus dia berlepas diri dengan bilang, "saya mukul muka kamu itu sudah tercatat di lauhul mahfudz jadi kamu jangan protes"
Setelah Allah mengingatkan kita agar beramal sebelum datang masa perjumpaan denganNya, Allah menggambarkan golongan yang beruntung di yaumil akhir kelak
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, [Surat Al-Insyiqaq (84) ayat 7-8]
Ibn Katsir menjelaskan, yaitu perhitungan yang mudah, tiada kesulitan. Atau tidak dilakukan perhitungan secara detail atas semua amal perbuatannya, karena sesungguhnya orang yang diperiksa dengan pemeriksaan yang teliti dan ketat pasti akan binasa.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Abdul Wahid ibnu Hamzah ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. dalam salah satu salatnya mengucapkan doa berikut: Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah. Setelah beliau selesai dari salatnya, aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan hisab yang mudah?" Rasulullah Saw. menjawab: Ia melihat kepada kitab catatan amal perbuatannya, lalu Allah memaafkan kesalahan yang tercatat di dalamnya. Hai Aisyah, sesungguhnya orang yang diteliti dalam hisabnya di hari itu pasti binasa.
"اللَُهَم َحاِسْبنِي ِحَسابًا يَِسيًرا".
😭
وَٱلْعَصْرِ إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, [Surat Al-Asr (103) ayat 1-2]
Dan Allah bersumpah atas nama waktu dimana waktu menjadi saksi atas semua amalan yang dilakukan oleh bani Adam. Peradaban manusia bangkit dan runtuh sesungguhnya disaksikan oleh lintasan masa. Orang yang taat kepada Allah, membangkang perintahnya,, roda sejarah semuanya terekam dalam catatan waktu. Dan Allah menyebutkan manusia dalam kerugian dan bersumpah atas namanya. Adakah kita mampu untuk mengelak kesaksian masa atas laku kita?
Rasanya tertampar lagi begitu mengingat firman Allah di surat Al-Insyiqaq, Allah subhanahu wa ta'ala mengingatkan
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلْإِنسَـٰنُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَىٰ رَبِّكَ كَدْحًۭا فَمُلَـٰقِيهِ
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. [Surat Al-Insyiqaq (84) ayat 6]
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, sesungguhnya jerih payah bani Adam sangatlah lemah. Oleh karena itu, siapa saja yang mampu berupaya untuk mencurahkan seluruh daya upayanya dalam ketaatan kepada Allah, hendaklah ia melakukannya. Dan tidaklah mungkin seorang manusia mampu melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah, maka memohonlah padaNya dengan sebenar-benar kesungguhan.
Ketika Allah sudah mengingatkan kita untuk segera beramal, tak jarang setan pun datang membisikkan hasutannya. Ia mengatakan, "untuk apa beramal? kalau Allah sudah menakdirkan kebaikan untukmu, sekalipun engkau meninggalkannya, tidak akan datang petaka bagimu. Dan jika Allah telah menakdirkanmu menderita, tak datang manfaat sekeras apapun kau mengejarnya". Lalu kita mulai berpikir, "catatan telah kering, lalu untuk apa tergesa-gesa beramal? usia kita masih panjang,, bukankah Allah maha menerima taubat?"
Duhai jiwa yang lemah, ingatlah nasihat dari Imam Al-Ghazali, dalam kitab beliau, Minhajul Abidin, beliau mengatakan
Aku hanya seorang hamba, dan kewajiban seorang hamba adalah menjalankan perintah agar senantiasa beribadah kepada-Nya, dan Tuhan lebih tahu tentang rububiyyah-Nya. Dia menghukumi terhadap apa yang dikehendakinya, dan berbuat terhadap apa yang diinginkannya. Amalan itu akan mendatangkan manfaat bagiku dimana pun aku berada, sebab jika aku hidup bahagia, aku tetap membutuhkan amalan itu guna menambah pahala dan balasan di akhirat kelak, dan jika aku hidup sengsara, aku membutuhkannya pula, agar aku tidak menganiaya diriku; dengan alasan bahwa pada kondisi apapun, Allah subhanahu wa ta'ala tidak akan menyiksaku dalam ketaatan, dan tidak pula mendatangkan malapetaka bagiku. Jika aku dimasukkan ke neraka, padahal aku taat, maka itu lebih kusukai daripada aku memasukinya karena berbuat maksiat. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Janji-Nya adalah nyata dan perkataan-Nya adalah benar. Dia telah menjanjikan pahala kepada siapa saja yang taat kepada-Nya. Karena itu, barang siapa mati dalam keadaan beriman dan taat kepada-nya, maka dia pasti akan masuk surga. Orang itu masuk surga bukan karena ia berhak memasukinya atas amalannya, tetapi karena janji Allah subhanahu wa ta'ala yang benar dan suci.
Tidak jarang kita ini suka sekali menyalahkan irrelevant thing atas apa-apa yang menimpa kita. Kita yang telat, yang disalahin kemacetan di jalan. Kita yang ga ngerti pelajaran, yang disalahin guru di kelas. Kita yang berdosa, yang disalahin Allah yang sudah menakdirkannya buat kita. Padahal common sense kita aja ga bakal terima kalau ada yg nempeleng wajah kita terus dia berlepas diri dengan bilang, "saya mukul muka kamu itu sudah tercatat di lauhul mahfudz jadi kamu jangan protes"
Setelah Allah mengingatkan kita agar beramal sebelum datang masa perjumpaan denganNya, Allah menggambarkan golongan yang beruntung di yaumil akhir kelak
فَأَمَّا مَنْ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًۭا يَسِيرًۭا
Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, [Surat Al-Insyiqaq (84) ayat 7-8]
Ibn Katsir menjelaskan, yaitu perhitungan yang mudah, tiada kesulitan. Atau tidak dilakukan perhitungan secara detail atas semua amal perbuatannya, karena sesungguhnya orang yang diperiksa dengan pemeriksaan yang teliti dan ketat pasti akan binasa.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Abdul Wahid ibnu Hamzah ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari Abbad ibnu Abdullah ibnuz Zubair, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. dalam salah satu salatnya mengucapkan doa berikut: Ya Allah, hisablah diriku dengan hisab yang mudah. Setelah beliau selesai dari salatnya, aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan hisab yang mudah?" Rasulullah Saw. menjawab: Ia melihat kepada kitab catatan amal perbuatannya, lalu Allah memaafkan kesalahan yang tercatat di dalamnya. Hai Aisyah, sesungguhnya orang yang diteliti dalam hisabnya di hari itu pasti binasa.
"اللَُهَم َحاِسْبنِي ِحَسابًا يَِسيًرا".
😭
Komentar
Posting Komentar