Langsung ke konten utama

Ghouta part 1: Sungguh Allah Menyaksikan


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah [2]: 30)

Apa yang terjadi di Ghoutta entah mengapa bikin saya jadi inget surat di atas. Kenapa manusia harus menumpahkan darah di muka bumi? Untuk apa?

Sebuah perenungan akan kejadian yang terjadi di dunia mungkin yang memicu seorang John Lenon menciptakan sebuah lagu berjudul imagine

Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people living for today
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people living life in peace

Mengeliminasi perbedaan secara logika tentu saja akan menghilangkan konflik. Tapi, apakah mungkin bisa terealisasi? Pertanyaan itu pun yang dijawab oleh sang penyair, “You may say I'm a dreamer”

Mimpi? Mengapa manusia bermimpi? Apakah ia menjadi pelipur lara akan harap yang tak terealisasi? Karena mimpi manusia rela melukai dirinya,, berkorban,, berpeluh keringat,, untuk mengejar mimpi,, begitu kata mereka,, tanpanya manusia kehilangan determinasi,, ah,, iya,, De.ter.mi.na.si,, hanya satu kata, tapi dialah yang mampu menggerakkan seseorang bahkan menciptakan sebuah collective awareness. Determinasi,, bukankah itu yang diajarkan para nabi? Tentang jawaban untuk apa kita ada di muka bumi ini? Para nabi, mereka manusia-manusia yang terhubung dengan langit,, menanggung beban berat menuntun manusia menuju jalan Ilahi Rabbi. Determinasi,, ini pula yang menjadikan para nabi sebagai pembaharu,, Nabi Nuh yang tak jemu-jemu menyeru kaumnya selama lima ratus tahun. Nabi Ibrahim yang membungkam raja pengaku Tuhan dengan hujjah tak terbantah. Nabi Musa yang harus kembali berhadapan dengan Raja terkejam di muka bumi. Nabi Isa yang menghadapi fitnah yang besar. Lalu Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, Nabi kita, yang mengguncang seluruh tata aturan jahiliyah yang mengundang pertentangan di seluruh penjuru bumi yang memuja Illah selain Allah. Maka, setiap jalan pembaharu akan selalu mengganggu pemegang status quo. Mereka yang begitu cinta dengan kekuasaan, mereka mengeliminasi semua hal yang mereka anggap sebagai pemberontakan.

Tidakkah kita ingat bagaimana Allah memperingatkan dalam surat Al-Buruuj?

وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلْبُرُوجِ

Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, (QS. Al-Buruj [85]: 1)

Dalam surat sebelumnya, Allah mengingatkan kita bahwa langit yang sampai hari ini menaungi kita, suatu saat akan terbelah,, dan langit menunggu hingga Allah menurunkan perintah-Nya

إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنشَقَّتْ

Apabila langit terbelah, (QS. Al-Insyiqaq [84]: 1)

Lalu Allah bersumpah atas nama langit yang memiliki “alburuuj”. Apa yang dimaksud dengan alburuuj?

Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menyebutkan:

Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan bahwa Al-Buruj artinya bintang-bintang. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa Al-Buruj artinya yang ada penjaganya. Yahya ibnu Rafi' mengatakan bahwa Al-Buruj artinya gedung-gedung yang terdapat di langit.

Burj diartikan pula sebagai banteng dan istana di langit dimana terdapat pasukan malaikat yang kuat. Allah mengabarkan tentang para pasukan malaikat yang akan menolong orang-orang beriman

بَلَىٰٓ ۚ إِن تَصْبِرُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَـٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ ءَالَـٰفٍۢ مِّنَ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ مُسَوِّمِينَ

Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (QS. Ali-Imran [3]: 125)

Lalu mengapa Allah menggunakan kata sumpah? Ketika Allah bersumpah atas sesuatu, hal ini dikarenakan pentingnya hal tersebut, atau ketika Allah marah, atau ketika manusia ragu, atau ketika Allah bersumpah atas sesuatu, Ia menjadikannya saksi atas apa yang akan Allah sebutkan.

Dalam surat ini, Allah mengabarkan tentang apa yang akan dihadapi orang-orang beriman dan apa yang terjadi pada umat sebelum mereka. Atas nama langit dan gugusan bintang dan malaikat yang senantiasa ada dalam keadaan siaga, seolah Allah hendak mengatakan pada kita, ketika kita melihat gugusan bintang yang berkelap kelip maka ia akan mengingatkan kita bahwa suatu saat ia akan terbelah sepenuhnya,, mengingatkan kita pada hari kebangkitan,, suatu masa yang selalu dijadikan bahan olokan oleh orang-orang kafir. Mereka tidak hanya mengolok-olok, mereka juga menyerang Rasulullah, mendustakan ayat-ayat Allah, melakukan propaganda, menyiksa orang-orang beriman yang lemah.. Pembunuhan karakter, hate speech kepada orang-orang beriman jika tidak membuat mereka berhenti menyerang ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa pemegang status quo akhirnya membuat mereka untuk memenjarakan orang beriman, menyiksa mereka agar mereka tidak melakukan perlawanan. Dan penindasan ini terus dilakukan di sepanjang sejarah. Kejahatan ini yang dilakukan oleh Firaun, Pemuka Quraisy, pun penguasa diktator hingga saat ini sebagaimana apa yang kita saksikan saat ini di Ghouta.

Sesungguhnya Allah mengancam para penguasa ini bahwa Allah akan menurunkan pasukannya dan pembalasan di hari akhir sungguh sangatlah pedih.

وَٱلْيَوْمِ ٱلْمَوْعُودِ

dan hari yang dijanjikan, (QS. Al-Buruj [85]: 2)

Allah menggunakan isim ma’rifat disana berbeda dengan ayat selanjutnya

وَشَاهِدٍۢ وَمَشْهُودٍۢ

dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. (QS. Al-Buruj [85]: 3)

karena begitu banyak akan menjadi saksi dan yang disaksikan

إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَـَٔايَةًۭ لِّمَنْ خَافَ عَذَابَ ٱلْـَٔاخِرَةِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمٌۭ مَّجْمُوعٌۭ لَّهُ ٱلنَّاسُ وَذَٰلِكَ يَوْمٌۭ مَّشْهُودٌۭ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). (QS. Hud [11]: 103)

Siapa yang menjadi syaahid (yang menyaksikan)? Kita,, apa yang disaksikan (masyhuud)? Semua hal yang menjadi tanda hari kiamat, langit yang terbelah, bintang berjatuhan, surga, neraka,,

هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ٱلْجُنُودِ

فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ


Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang, (yaitu kaum) Fir'aun dan (kaum) Tsamud? (QS. Al-Buruj [85]: 17-18)

Kita pun menyaksikan (syahiid) kehancuran bangsa-bangsa sebelum kita yang kufur terhadap perintah Allah dan menyiksa orang-orang beriman (masyhuud).

قُتِلَ أَصْحَـٰبُ ٱلْأُخْدُودِ
ٱلنَّارِ ذَاتِ ٱلْوَقُودِ 

Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, (QS. Al-Buruj [85]: 4-5)

Kaum kafir dengan sengaja menangkap orang-orang mukmin yang ada di kalangan mereka; orang-orang mukmin itu lalu mereka paksa untuk murtad dari agamanya, tetapi orang-orang mukmin menolaknya. Untuk itu kaum kafir tersebut membuat suatu galian buat orang-orang mukmin yang mereka tangkap itu, kemudian mereka nyalakan di dalamnya api yang besar, dan mereka menyediakan kayu bakar yang cukup untuk membuat api itu tetap bergejolak. Setelah itu mereka membawa orang-orang mukmin yang mereka tangkap itu ke dekat galian, lalu ditawarkan kepada mereka untuk murtad, tetapi ternyata orang-orang mukmin itu menolak dan tidak mau menerimanya. Akhirnya orang-orang mukmin itu dilemparkan ke dalam parit yang ada apinya itu. Cerita lengkapnya bisa dibaca disini.

إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌۭ

ketika mereka duduk di sekitarnya, (QS. Al-Buruj [85]: 6)

Al Qu’ud (berbeda dengan juluus yang berarti duduk sebentar) berarti duduk dalam waktu lama 

Berhenti di ayat ini, saya jadi berpikir,, apakah ketika kita hanya diam tidak melakukan apapun atas pembantaian yang dialami oleh umat Islam di Ghouta kita termasuk ke dalam al-Qu’uud? Hanya duduk, diam dan melihat kehancuran.. astagfirullahal’adzim.. ampuni kami ya Rabb T.T

وَهُمْ عَلَىٰ مَا يَفْعَلُونَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌۭ

sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. (QS. Al-Buruj [85]: 7)

Syuhuud adalah bentuk jamak dari syahid artinya banyak yang menyaksikan. Allah menggunakan kata yaf’aluun bukan ya’maluun.. berbeda dengan ‘aml yang berarti melakukan sesuatu dengan memikirkannya,, fi’l berarti melakukan sesuatu tanpa berpikir. Mereka membunuh orang-orang tidak berdosa termasuk perempuan dan anak-anak, mereka melakukannya tanpa menyesali apa yang telah mereka lakukan.

Dalam kaidah Bahasa Arab, seharusnya ayat tersebut ditulis “wa hum syuhuudun ala ma yaf’aluuna bil mu’miniin”, tetapi dalam ayat ini Allah mendahulukan kata “ala maa yaf’aluun”, mereka tidak sekedar bagian dari peristiwa, tetapi mereka sangat sadar atas apa yang mereka lakukan terhadap orang-orang beriman karena mereka duduk disana lama, mereka ada semenjak api dinyalakan hingga orang-orang beriman mati terbakar. Mereka menyaksikan (syuhuud) atas orang-orang yang mereka bunuh (masyhuud). Dan di hari akhir, para pembantai ini, tubuh mereka akan menjadi saksi,, mata mereka akan berbicara kepada Allah melawan mereka atas kejahatan yang mereka lakukan (masyhuud).

Bersambung …



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Ganti dalam Bahasa Arab [Kata Ganti untuk Allah]

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kalau dalam Bahasa Indonesia kita mengenal kata ganti yang bebas dari orientasi gender, seperti saya, kamu, dia, mereka, dst. Dalam Bahasa Inggris kita belajar kata ganti he untuk laki-laki, she untuk perempuan, dan it yang netral gender. Nah, dalam Bahasa Arab ada dua gender, yaitu mudzakkar (yang menunjukkan laki-laki) dan muannats (yang menunjukkan perempuan). Kalau dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris dikenal kata ganti tunggal dan jamak, dalam Bahasa Arab dikenal kata ganti tunggal (mufrod), ganda (mutsanna), dan jamak. Jadi, jika dikumpulkan ada 12 kata ganti dalam Bahasa arab, yaitu: 1. هُوَ (Dia [laki-laki]): untuk orang ketiga (yang dibicarakan), tunggal (mufrad), mudzakkar. 2. هُمَا (Mereka berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang ketiga, ganda (mutsanna), baik mudzakkar maupun muannats. 3. هُمْ (Mereka [banyak laki-laki]): untuk orang ketiga, jamak, mudzakkar. 4. هِيَ (Dia [perempuan]): untuk orang ketiga, mufrad, muannats. 5. هُ...

Kata Benda dan Kata Kerja dalam Bahasa Arab

Dalam Bahasa Arab seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam bentuk kata kerja/verb (fi'il/فعل) atau kata benda/noun (isim/اسم). Dalam bahasa arab, dikenal 2 bentuk tenses: 1. fi'il madhi, kata kerja dalam bentuk lampau, past tenses, Yang menggambarkan sesuatu yang sudah terjadi, dan 2. Fi'il mudhori, Present-future tense, menggambarkan sesuatu yang belum selesai, menggambarkan kondisi sekarang dan yang akan datang. Sebagai contoh, ketika dikatakan اضرب (adribu) berarti I am hitting, ini adalah contoh fi'il mudhari يضرب + kata ganti untuk انا (saya) yang bermakna saya sekarang sedang memukul dan masih memukul (bentuk present-future tense). Ketika sudah selesai maka berubah menjadi ضربت (dhorobtu) yg merupakan bentuk fi'il madhi ضرب + kata ganti انا yg artinya saya memukul dan kejadiannya sudah berlalu (bentuk past tense). Seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam kata kerja atau kata benda. Bentuk Kata benda (ism faa'il) mengindikasikan bahwa subje...

Teori Machiavelli

"Harus diingat bahwa manusia harus dicintai atau dihancurkan; mereka akan menuntut balas akan luka ringan mereka, namun mereka tidak akan dapat melakukan hal serupa apabila mereka terluka parah. Oleh karena itu, luka yang kita sebabkan haruslah sebesar-besarnya sehingga kita tidak harus takut akan balasan mereka." " Membunuh sahabat seperjuangan, mengkhianati teman-teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan dan tidak memiliki agama; kesemua hal ini tidak dapat digolongkan tindakan yang bermoral, namun metode-metode ini dapat memberikan kekuatan, namun bukan kemuliaan" "Manusia tidak segan2 (lebih) membela orang yang mereka takuti dibanding yang mereka cintai. Karena cinta diikat oleh rantai kewajiban.. pada saat manusia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, rantai tersebut akan putus. (sebaliknya) rasa takut tidak akan pernah gagal..." "orang-orang besar tidak mencapai kebesaran mereka karena keuntungan, ...