وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
(QS. Al-Baqarah [2]: 30)
Apa yang terjadi di Ghoutta entah mengapa bikin saya jadi
inget surat di atas. Kenapa manusia harus menumpahkan darah di muka bumi? Untuk
apa?
Sebuah perenungan akan kejadian yang terjadi di dunia mungkin
yang memicu seorang John Lenon menciptakan sebuah lagu berjudul imagine
Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people living for today
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people living life in peace
Mengeliminasi perbedaan secara logika tentu saja akan
menghilangkan konflik. Tapi, apakah mungkin bisa terealisasi? Pertanyaan itu
pun yang dijawab oleh sang penyair, “You may say I'm a dreamer”
Mimpi? Mengapa manusia bermimpi? Apakah ia menjadi pelipur
lara akan harap yang tak terealisasi? Karena mimpi manusia rela melukai
dirinya,, berkorban,, berpeluh keringat,, untuk mengejar mimpi,, begitu kata
mereka,, tanpanya manusia kehilangan determinasi,, ah,, iya,, De.ter.mi.na.si,,
hanya satu kata, tapi dialah yang mampu menggerakkan seseorang bahkan
menciptakan sebuah collective awareness. Determinasi,, bukankah itu yang
diajarkan para nabi? Tentang jawaban untuk apa kita ada di muka bumi ini? Para
nabi, mereka manusia-manusia yang terhubung dengan langit,, menanggung beban berat
menuntun manusia menuju jalan Ilahi Rabbi. Determinasi,, ini pula yang menjadikan
para nabi sebagai pembaharu,, Nabi Nuh yang tak jemu-jemu menyeru kaumnya
selama lima ratus tahun. Nabi Ibrahim yang membungkam raja pengaku Tuhan dengan
hujjah tak terbantah. Nabi Musa yang harus kembali berhadapan dengan Raja
terkejam di muka bumi. Nabi Isa yang menghadapi fitnah yang besar. Lalu Nabi Muhammad
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, Nabi kita, yang mengguncang seluruh tata aturan
jahiliyah yang mengundang pertentangan di seluruh penjuru bumi yang memuja Illah selain
Allah. Maka, setiap jalan pembaharu akan selalu mengganggu pemegang status quo.
Mereka yang begitu cinta dengan kekuasaan, mereka mengeliminasi semua hal yang mereka anggap sebagai pemberontakan.
Tidakkah kita ingat bagaimana Allah memperingatkan dalam
surat Al-Buruuj?
وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلْبُرُوجِ
Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, (QS. Al-Buruj [85]: 1)
Dalam surat sebelumnya, Allah mengingatkan kita bahwa langit
yang sampai hari ini menaungi kita, suatu saat akan terbelah,, dan langit
menunggu hingga Allah menurunkan perintah-Nya
إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنشَقَّتْ
Apabila langit terbelah, (QS. Al-Insyiqaq [84]: 1)
Lalu Allah bersumpah atas nama langit yang memiliki “alburuuj”.
Apa yang dimaksud dengan alburuuj?
Dalam tafsirnya, Ibn Katsir menyebutkan:
Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, dan
As-Saddi mengatakan bahwa Al-Buruj artinya bintang-bintang. Diriwayatkan pula
dari Mujahid bahwa Al-Buruj artinya yang ada penjaganya. Yahya ibnu Rafi' mengatakan
bahwa Al-Buruj artinya gedung-gedung yang terdapat di langit.
Burj diartikan pula sebagai banteng dan istana di langit
dimana terdapat pasukan malaikat yang kuat. Allah mengabarkan tentang para pasukan
malaikat yang akan menolong orang-orang beriman
بَلَىٰٓ ۚ إِن تَصْبِرُوا۟
وَتَتَّقُوا۟ وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَـٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم
بِخَمْسَةِ ءَالَـٰفٍۢ مِّنَ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةِ مُسَوِّمِينَ
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka
datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu
dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (QS. Ali-Imran [3]: 125)
Lalu mengapa Allah menggunakan kata sumpah? Ketika Allah
bersumpah atas sesuatu, hal ini dikarenakan pentingnya hal tersebut, atau
ketika Allah marah, atau ketika manusia ragu, atau ketika Allah bersumpah atas
sesuatu, Ia menjadikannya saksi atas apa yang akan Allah sebutkan.
Dalam surat ini, Allah mengabarkan tentang apa yang akan
dihadapi orang-orang beriman dan apa yang terjadi pada umat sebelum mereka.
Atas nama langit dan gugusan bintang dan malaikat yang senantiasa ada dalam
keadaan siaga, seolah Allah hendak mengatakan pada kita, ketika kita melihat gugusan
bintang yang berkelap kelip maka ia akan mengingatkan kita bahwa suatu saat ia
akan terbelah sepenuhnya,, mengingatkan kita pada hari kebangkitan,, suatu masa
yang selalu dijadikan bahan olokan oleh orang-orang kafir. Mereka tidak hanya mengolok-olok,
mereka juga menyerang Rasulullah, mendustakan ayat-ayat Allah, melakukan
propaganda, menyiksa orang-orang beriman yang lemah.. Pembunuhan karakter, hate
speech kepada orang-orang beriman jika tidak membuat mereka berhenti menyerang
ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa pemegang status quo akhirnya membuat
mereka untuk memenjarakan orang beriman, menyiksa mereka agar mereka tidak
melakukan perlawanan. Dan penindasan ini terus dilakukan di sepanjang sejarah.
Kejahatan ini yang dilakukan oleh Firaun, Pemuka Quraisy, pun penguasa diktator
hingga saat ini sebagaimana apa yang kita saksikan saat ini di Ghouta.
Sesungguhnya Allah mengancam para penguasa ini bahwa Allah
akan menurunkan pasukannya dan pembalasan di hari akhir sungguh sangatlah
pedih.
وَٱلْيَوْمِ ٱلْمَوْعُودِ
dan hari yang dijanjikan, (QS. Al-Buruj [85]: 2)
Allah menggunakan isim ma’rifat disana berbeda dengan ayat
selanjutnya
وَشَاهِدٍۢ وَمَشْهُودٍۢ
dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. (QS. Al-Buruj [85]: 3)
karena begitu banyak akan menjadi saksi dan yang disaksikan
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَـَٔايَةًۭ لِّمَنْ
خَافَ عَذَابَ ٱلْـَٔاخِرَةِ ۚ ذَٰلِكَ يَوْمٌۭ مَّجْمُوعٌۭ لَّهُ ٱلنَّاسُ
وَذَٰلِكَ يَوْمٌۭ مَّشْهُودٌۭ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu
adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya, dan
hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). (QS. Hud [11]: 103)
Siapa yang menjadi syaahid (yang menyaksikan)? Kita,, apa
yang disaksikan (masyhuud)? Semua hal yang menjadi tanda hari kiamat, langit
yang terbelah, bintang berjatuhan, surga, neraka,,
هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ٱلْجُنُودِ
فِرْعَوْنَ وَثَمُودَ
Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang, (yaitu
kaum) Fir'aun dan (kaum) Tsamud? (QS. Al-Buruj [85]: 17-18)
Kita pun menyaksikan (syahiid) kehancuran bangsa-bangsa sebelum
kita yang kufur terhadap perintah Allah dan menyiksa orang-orang beriman
(masyhuud).
قُتِلَ أَصْحَـٰبُ ٱلْأُخْدُودِ
ٱلنَّارِ ذَاتِ ٱلْوَقُودِ
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang
berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, (QS. Al-Buruj [85]: 4-5)
Kaum kafir dengan sengaja menangkap orang-orang mukmin yang ada di kalangan
mereka; orang-orang mukmin itu lalu mereka paksa untuk murtad dari
agamanya, tetapi orang-orang mukmin menolaknya. Untuk itu kaum kafir
tersebut membuat suatu galian buat orang-orang mukmin yang mereka tangkap
itu, kemudian mereka nyalakan di dalamnya api yang besar, dan mereka
menyediakan kayu bakar yang cukup untuk membuat api itu tetap bergejolak.
Setelah itu mereka membawa orang-orang mukmin yang mereka tangkap itu ke
dekat galian, lalu ditawarkan kepada mereka untuk murtad, tetapi ternyata
orang-orang mukmin itu menolak dan tidak mau menerimanya. Akhirnya
orang-orang mukmin itu dilemparkan ke dalam parit yang ada apinya itu. Cerita lengkapnya bisa dibaca disini.
إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌۭ
ketika mereka duduk di sekitarnya, (QS. Al-Buruj [85]: 6)
Al Qu’ud (berbeda dengan juluus yang berarti duduk sebentar) berarti duduk dalam waktu lama
Berhenti di ayat ini, saya jadi berpikir,, apakah ketika
kita hanya diam tidak melakukan apapun atas pembantaian yang dialami oleh umat Islam
di Ghouta kita termasuk ke dalam al-Qu’uud? Hanya duduk, diam dan melihat
kehancuran.. astagfirullahal’adzim.. ampuni kami ya Rabb T.T
وَهُمْ عَلَىٰ مَا يَفْعَلُونَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ
شُهُودٌۭ
sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap
orang-orang yang beriman. (QS. Al-Buruj [85]: 7)
Syuhuud adalah bentuk jamak dari syahid artinya banyak yang menyaksikan.
Allah menggunakan kata yaf’aluun bukan ya’maluun.. berbeda dengan ‘aml yang
berarti melakukan sesuatu dengan memikirkannya,, fi’l berarti melakukan sesuatu
tanpa berpikir. Mereka membunuh orang-orang tidak berdosa termasuk perempuan
dan anak-anak, mereka melakukannya tanpa menyesali apa yang telah mereka
lakukan.
Dalam kaidah Bahasa Arab, seharusnya ayat tersebut ditulis “wa
hum syuhuudun ala ma yaf’aluuna bil mu’miniin”, tetapi dalam ayat ini Allah
mendahulukan kata “ala maa yaf’aluun”, mereka tidak sekedar bagian dari
peristiwa, tetapi mereka sangat sadar atas apa yang mereka lakukan terhadap
orang-orang beriman karena mereka duduk disana lama, mereka ada semenjak api dinyalakan
hingga orang-orang beriman mati terbakar. Mereka menyaksikan (syuhuud) atas
orang-orang yang mereka bunuh (masyhuud). Dan di hari akhir, para pembantai
ini, tubuh mereka akan menjadi saksi,, mata mereka akan berbicara kepada Allah
melawan mereka atas kejahatan yang mereka lakukan (masyhuud).
Bersambung …
Komentar
Posting Komentar