Hal yang menarik selepas mengajar kemarin adalah pertanyaan penutup my little sister (ketemu gede) :D
"what's the point of breathing if we are going to die anyway?"
saya hening sejenak
Sesungguhnya pendek kata saya cukup jawab pakai adz-dzariyat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
tapi mungkin yang dibutuhin cara pendekatan yang tepat dibandingkan sekedar jawaban singkat (?)
terus saya jadi mikir,, terlahir di Indonesia bahas agama dan keyakinan akan keberadaan pencipta itu bukan sesuatu yang asing, pun masuk ke dalam Islam, satu hal yang sudah seharusnya saya syukuri. Tapi, kadang sesuatu yang mudah kita dapat bikin ia kehilangan keistimewaannya (cuma perasaan saya aja sih mungkin,, hehe). Contoh simple nya begini, pernah nggak kita mikir kenapa kita bisa bernapas? kenapa udara bisa masuk dan keluar sistem pernapasan kita? Long story short, kenapa oksigen dan karbondioksida bisa bertukar itu karena ada perbedaan tekanan parsial antara keduanya dalam pembuluh darah arteri, tinggal direverse aja tekanannya terus yang terjadi adalah kamu menghirup karbondioksida dan membuang oksigen, hasilnya? tentu saja wassalam >:) Sesimple masalah bernapas aja sesungguhnya di balik itu ada mekanisme yang sangat kompleks untuk membuatnya bisa berjalan normal, belum kita bahas penglihatan, muskuloskeletal, kardiovaskular, kode genetik kita.. Ah, banyaknyaaaa,, ga heran kalau Allah berulang-ulang bertanya
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Pun dengan jawaban tujuan penciptaan manusia,, berhubung sedari kecil sudah dikasih tau tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah, saya jadi tidak banyak bertanya. Tapi ternyata di luar sana ga sedikit orang yang berpikir tidak sesederhana yang saya pikirkan,, ahahaha
Donald A. Crosby, Profesor Emeritus bidang filsafat di Colorado State University pernah bilang, "There is no justification for life, but also no reason not to live. Those who claim to find meaning in their lives are either dishonest or deluded. In either case, they fail to face up to the harsh reality of the human situations" terjemah bebas nya kira-kira begini,
"Sesungguhnya tidak ada alasan untuk hidup, tapi juga tidak ada alasan untuk tidak hidup. Mereka yang mengatakan untuk mencari makna hidup, pada dasarnya mereka sedang tidak jujur atau sedang tertipu. Mereka gagal dalam menghadapi kerasnya kenyataan dari situasi manusia."
Terus buat apa dong idup kalau gitu? cuma karena g ada alasan buat mati? hmmmm,, ah mungkin saya nya aja yang masi kurang piknik ama penganut paham nihilistik makanya ga paham sama jalan pikirnya -_-
nanya ama 1000 orang mungkin dapet 1000 jawaban,, tapi saya mau cerita versi saya aja yah..
pertanyaan macam ini kalau diingat-ingat rasanya saya ga pernah ingat mikir ampe seserius itu ahahahaha
tapi kalau cuma sekedar mikir ni orang-orang sebenernya pada mau ngapain sih? yah sekelibat mah kepikiran lah :p tapi kadang kesibukan itu memang seringkali mengalihkan,, dari kecil berhubung selalu dapet nilai akademik yang mayan bagus, dibilang achiever boleh lah (padahal nggak ambis-ambis amat sih) secara personal saya g pernah berada di sebuah titik yang membuat saya bertanya ulang tentang pencarian makna hidup,, hidup ya hidup aja,, jalani wae,, have fun go mad kalau orang bilang,, tapi kalau versi saya masih pergi mengaji dan nurut kalau disuruh ama orang tua,, tapi ada suatu masa dimana saya pernah nangis gara-gara disuruh pulang ngaji lebih cepat gara-gara diminta bikin foto keluarga (yah jaman dulu kan foto masi pake film men kagak kayak sekarang serba digital dan instan hahaha) walhasil itu foto akhirnya berakhir dengan gambar penuh derita, saya foto cemberut dengan mata mendadak merah dan bengkak (lebay yah? LoL)
jadi dengan segala skenario hidup dalam zona nyaman yang saya jalani, saya ngerasa ga perlu menjalani hidup ala-ala filusuf yang segala rupa harus dipikirin,, sampai datang suatu masa dimana negara api menyerang :)) eh maksudnya sampai akhirnya saya masuk SMA dan mulai ngenal yang namanya mentoring,, teteh mentor saya nanya tentang pertanyaan mendasar dalam hidup:
1. kita berasal darimana
2. buat apa kita hidup
3. akan kemana setelah mati
three basic questions that change my ordinary life
di luar agama Islam ada yang bahas kalau kita hidup di dunia adalah untuk membayar karma hidup kita sebelumnya, jadi kita hidup harus berbuat baik supaya di kehidupan selanjutnya kita terlahir jadi manusia dan dapat kehidupan yang lebih baik. Temen saya dulu pernah minjemin buku yang sayangnya judulnya saya lupa, tapi isinya nyeritain tentang sejarah awal mula semesta, sebelum ada manusia, bumi ini isinya adalah primordial soup dimana terdapat basic life component yaitu karbon, nitrogen, dan oksigen yang kelak akan menyusun protein yang menjadi kompenen dasar makhluk hidup. Padahal kita kan tau ya central dogma mengatakan bahwa DNA kita jadi template buat produksi protein bukan sebaliknya dari protein terus jadi DNA. Nah berawal dari rasa penasaran akan teori penciptaan semesta (walaupun belum mendapat jawaban tuntas) berujung pada evolusi materi menghantarkan kita pada sebuah pandangan tentang hidup di dunia ini hanyalah tentang daur materi, kita ini materi dan setelah mati akan terurai menjadi nutrisi untuk kehidupan yang baru. end of story. tidak ada pembahasan hidup setelah kematian.
terus mentor saya cerita kalau siapapun dia selama dia manusia, sadar atau tidak pasti akan bertanya tentang tiga pertanyaan mendasar ini. Dan sesungguhnya, Allah telah memberikan kita jawaban, yaitu "untuk beribadah kepada-Nya" tapi pertanyaannya adalah ini jawaban rasional atau sekedar doktrin? beribadah kepada-Nya apakah benar-benar jawaban atau sekedar menepis kekhawatiran akan ketidakpastian kehidupan setelah kematian?
maka untuk memastikannya kita perlu membuktikan pesan bahwa manusia itu diciptakan untuk beribadah kepada Allah adalah otentik dari Tuhan atau bukan? Berhubung kita tidak bisa menjangkau zat Tuhan, kita tidak ingat pernah bertemu dengan-Nya dan entah kapan mendapatkan surat tugas sehingga terlahir di dunia, tentu saja untuk menjawab pertanyaan itu akan mengalihkan pandangan kita pada kitab suci yang disebut sebagai kalam Tuhan yaitu tidak lain adalah Al-Quran. Terkait pengakuan kemukjizatan al-Quran di kalangan ahli syair di Makkah pada masanya bisa dibaca di link ini tapi saya cuma mau ambil satu contoh saja yang membuat kitab ini terlalu tidak masuk akal jika disebut sebagai perkataan manusia.
Kita tau kalau ayat-ayat al-Quran itu turunnya tidak berurutan, tapi sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada masa itu lalu Rasul memberikan arahan tentang dimana ayat itu seharusnya di tempatkan. Lalu kalau kita perhatikan, surat dengan ayat terpanjang dalam al-Quran adalah surat al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat,, dan tepat di tengah surat atau pada ayat ke 143 Allah meletakkan kata "pertengahan (وَسَطًا)" disana. Sangat presisi. Hal ini tentu saja biasa saja jika al-Quran turun dalam bentuk naskah dan bisa diedit dan disusun urutan kata-katanya, tapi yang jadi masalah al-Quran tidak turun dengan cara seperti itu. Begitu suatu ayat turun, Rasulullah shalallahu alahi wassallam langsung menyampaikan pada sahabat dan para sahabat menghapalnya. Berbeda dengan teks yang bisa melalui proses editing, sebuah perkataan jika sudah diucapkan tidak bisa ditarik lagi. Dan belum ditambah lagi dengan banyaknya pola yang disebut sebagai ring structure yang banyak terdapat di dalam al-Quran entah itu dalam satu surat, dalam satu ayat, untuk surat yang panjang ataupun pendek. Terlalu mustahil jika kita katakan kalau al-Quran ini adalah buatan manusia. Maka ketika kita yakin dengan kebenaran kalamullah kita meyakini semua isi yang ada di dalamnya. Maka ketika Allah mengatakan tentang tujuan penciptaan manusia maka itu lah tujuan hakiki dari keberadaan kita. Lalu kalau kamu masih juga bertanya tentang mengapa kita ada disini, tenang saja karena malaikat pun mempertanyakan hal yang sama :D
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَـٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌۭ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةًۭ ۖ قَالُوٓا۟ أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ ٱلدِّمَآءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Baqarah [2]: 30)
Saya cuma mau bilang, ada hal yang Allah tidak kabarkan pada kita, maka sampai kita gila pun kita ga akan menemukan jawabannya hahahahaha. Tapi, diantara ketidaktahuan kita, Allah memberikan kita kepastian, yaitu tentang kehidupan setelah kematian. Merugilah mereka yang menjadikan dunia sebagai tujuan dan melupakan akhiratnya. Kita mungkin tidak ingat kita pernah minta dilahirkan di dunia, tapi kita tidak bisa lepas dari konsekuensi yang melekat pada diri kita ketika kita berada di muka bumi ini.
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَـٰكُمْ عَبَثًۭا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mu'minun [23]: 115)
Jadi, keep calm and worship Allah. Hidup cuma sebentar.
Komentar
Posting Komentar