Langsung ke konten utama

Pengingat

Ibnu Al-Qayyim Al-Jauziyah berujar, “Amal tanpa keikhlasan seperti musafir
yang mengisi kantong dengan kerikil pasir. Memberatkannya tetapi tidak bermanfaat.”

we were the most humiliated people on earth and God gave us honor through Islam. If we ever seek honor through anything else, God will humiliate us again. -umar bin khattab-

“If you do not work hard and face difficulties along your way in seeking glory, you will never taste honor and relief when you attain victory.” -Ibn Qayyim-

"the heart is like a bird: love as its head and its two wings are hope and fear." -Ibn Al Qayyim-

Umar bin Al Khattab gives us a beautiful example of how as Muslims we should respond to difficult tests or calamities in our life. He used to say:
“If Allah strikes me with calamity I will thank Allah for four things:
1) that the test was not in my deen
2) the calamity could have been worse
3) it is an expiation for my sins
4) any loss after losing the Prophet sallalahu alayhi wasalam is nothing”.

Ketika Madinah terguncang gempa, Khalifah ‘Umar ibn Khattab mengetukkan tongkatnya ke bumi dan berkata, "Wahai bumi adakah aku berbuat tidak adil?" lalu berkata lantang, "Wahai penduduk Madinah, adakah kalian berbuat maksiat? Tinggalkan perbuatan itu, atau aku akan meninggalkan kalian!".
(Ibn Hajar, Fath al- Bari,IX/244)

Bila aku dibuang (karena perjuanganku), itu adalah siyahah (pesiar) bagiku; kalau aku dipenjara, itu khalwatku bersama Allah; dan bila aku dibunuh, itu syahid bagiku -Ibn Taimiyah-

Ibn Taimiyyah: “Sesungguhnya bahasa Arab itu adalah bagian dari agama, dan mengetahuinya adalah keharusan yang wajib, (karena) sesungguhnya memahami Al-Qur’an dan Hadits adalah fardhu, yang
tidak dapat dipahami kecuali dengan memahami Bahasa Arab (terlebih dahulu), dan setiap perkara yang suatu kewajiban tidak sempurna tanpanya maka hukum perkara tersebut adalah wajib.” (Iqtidhâ’ Ash-Shirâth Al-Mustaqîm: 207)

Asy-Syafi’i ra berkata: “Saudaraku, engkau tidak akan pernah mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara, saya akan merincinya dengan jelas, (yaitu): kecerdasan, ketamakan, kesungguhan, harta, bergaul dengan ustadz, dan (menyediakan) waktu yang panjang.” (Diwan Asy-Syafi’i)

Amirul mukminin Umar bin Khattab pernah mengutus pasukannya yang dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqash untuk menaklukkan Persia. Beliau menulis sebuah nasehat berharga,,
“Amma ba’du, sesungguhnya saya wasiatkan padamu beserta pasukanmu sekalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah dalam setiap keadaan karena taqwa adalah senjata pemusnah musuh yang paling ampuh dan siasat perang yang paling jitu.
Saya wasiatkan padamu beserta pasukanmu untuk lebih mewaspadai maksiat daripada kewaspadaan musuh karena dosa kalian lebih berbahaya daripada musuh kalian sendiri. Sesungguhnya kaum muslimin akan meraih kemenangan disebabkan dosa musuh mereka. Kalau bukan karena itu, kekuatan apa lagi yang kita miliki, jumlah tentara kita tak sebanding dengan jumlah mereka dan persenjataan kita tak sebanding dengan persenjataan mereka. Apabila kemaksiatan kita sepadan dengan mereka, maka mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatannya. Dan apabila kemenangan bukan karena keutamaan kita, maka musuh tak akan kalah dengan kekuatan kita.
Ketahuilah bahwa kalian bersama para malaikat pencatat amal yang mengetahui perbutan kalian, maka merasa malu-lah kalian terhadap mereka, janganlah kalian berbuat maksiat dalam jihad fi sabilillah, janganlah kalian mengatakan: Sekalipun kita berbuat jelek, kita tidak akan kalah. Toh musuh kita jauh lebih jelek dibanding kita. Sebab bisa jadi suatu kaum dapat dikalahkan oleh kaum yang lebih jelek sebagaimana bani Israil dikalahkan oleh orang-orang kafir Majusi karena kemaksiatan mereka. Berdoalah kepada Allah untuk kemenangan kalian dan kekalahan musuh kalian” (Lihat Al-Bidayah wa Nihayah oleh imam Ibnu Katsir)


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kata Ganti dalam Bahasa Arab [Kata Ganti untuk Allah]

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Kalau dalam Bahasa Indonesia kita mengenal kata ganti yang bebas dari orientasi gender, seperti saya, kamu, dia, mereka, dst. Dalam Bahasa Inggris kita belajar kata ganti he untuk laki-laki, she untuk perempuan, dan it yang netral gender. Nah, dalam Bahasa Arab ada dua gender, yaitu mudzakkar (yang menunjukkan laki-laki) dan muannats (yang menunjukkan perempuan). Kalau dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa inggris dikenal kata ganti tunggal dan jamak, dalam Bahasa Arab dikenal kata ganti tunggal (mufrod), ganda (mutsanna), dan jamak. Jadi, jika dikumpulkan ada 12 kata ganti dalam Bahasa arab, yaitu: 1. هُوَ (Dia [laki-laki]): untuk orang ketiga (yang dibicarakan), tunggal (mufrad), mudzakkar. 2. هُمَا (Mereka berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang ketiga, ganda (mutsanna), baik mudzakkar maupun muannats. 3. هُمْ (Mereka [banyak laki-laki]): untuk orang ketiga, jamak, mudzakkar. 4. هِيَ (Dia [perempuan]): untuk orang ketiga, mufrad, muannats. 5. هُ...

Kata Benda dan Kata Kerja dalam Bahasa Arab

Dalam Bahasa Arab seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam bentuk kata kerja/verb (fi'il/فعل) atau kata benda/noun (isim/اسم). Dalam bahasa arab, dikenal 2 bentuk tenses: 1. fi'il madhi, kata kerja dalam bentuk lampau, past tenses, Yang menggambarkan sesuatu yang sudah terjadi, dan 2. Fi'il mudhori, Present-future tense, menggambarkan sesuatu yang belum selesai, menggambarkan kondisi sekarang dan yang akan datang. Sebagai contoh, ketika dikatakan اضرب (adribu) berarti I am hitting, ini adalah contoh fi'il mudhari يضرب + kata ganti untuk انا (saya) yang bermakna saya sekarang sedang memukul dan masih memukul (bentuk present-future tense). Ketika sudah selesai maka berubah menjadi ضربت (dhorobtu) yg merupakan bentuk fi'il madhi ضرب + kata ganti انا yg artinya saya memukul dan kejadiannya sudah berlalu (bentuk past tense). Seseorang/sesuatu dapat dideskripsikan dalam kata kerja atau kata benda. Bentuk Kata benda (ism faa'il) mengindikasikan bahwa subje...

Teori Machiavelli

"Harus diingat bahwa manusia harus dicintai atau dihancurkan; mereka akan menuntut balas akan luka ringan mereka, namun mereka tidak akan dapat melakukan hal serupa apabila mereka terluka parah. Oleh karena itu, luka yang kita sebabkan haruslah sebesar-besarnya sehingga kita tidak harus takut akan balasan mereka." " Membunuh sahabat seperjuangan, mengkhianati teman-teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan dan tidak memiliki agama; kesemua hal ini tidak dapat digolongkan tindakan yang bermoral, namun metode-metode ini dapat memberikan kekuatan, namun bukan kemuliaan" "Manusia tidak segan2 (lebih) membela orang yang mereka takuti dibanding yang mereka cintai. Karena cinta diikat oleh rantai kewajiban.. pada saat manusia telah mendapatkan apa yang diinginkannya, rantai tersebut akan putus. (sebaliknya) rasa takut tidak akan pernah gagal..." "orang-orang besar tidak mencapai kebesaran mereka karena keuntungan, ...