Nama Muhammad diambil dari wazan Fa'ala-Yufa'ilu-Taf'il[an]-Mufa'al[an],
yaitu Hammada-Yuhammidu-Tahmid[an]-Muhammad[an]. Jika Hamida-Yahmadu
artinya, memuji, dan orang yang dipuji, karena satu kebaikannya disebut
Mahmud[an]. Namun, ketika diubah menjadi
Hammada-Yuhammidu-Tahmid[an]-Muhammad[an], dengan tadh'if yaitu
di-syiddah pada Mim-nya, maka maknanya berbeda. Bukan hanya memuji
sekali, tetapi berkali-kali. Orang yang dipuji, juga bukan karena satu
kebaikan, melainkan karena banyaknya kebaikan. Itulah Muhammad saw
Dulu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkhuthbah pada batang kurma. Tatkala beliau telah dibuatkan mimbar, maka beliau berpindah ke mimbar itu. Batang korma itu pun merintih. Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya sambil mengeluskan tangannya pada batang korma itu (untuk menenangkannya)
Imam al-Hasan al bashri ketika menuturkan kisah ini tak kuasa menahan air mata, seraya berkata, "Wahai manusia, mestinya kalian lebih merindukan perjumpaan dengan Rasulullah saw. Batang kurma saja merintih dan merindukan Rasulullah lalu memohon baginda saw kembali ke tempatnya."
Dulu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkhuthbah pada batang kurma. Tatkala beliau telah dibuatkan mimbar, maka beliau berpindah ke mimbar itu. Batang korma itu pun merintih. Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya sambil mengeluskan tangannya pada batang korma itu (untuk menenangkannya)
Imam al-Hasan al bashri ketika menuturkan kisah ini tak kuasa menahan air mata, seraya berkata, "Wahai manusia, mestinya kalian lebih merindukan perjumpaan dengan Rasulullah saw. Batang kurma saja merintih dan merindukan Rasulullah lalu memohon baginda saw kembali ke tempatnya."
Komentar
Posting Komentar